kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Semester I, bank buku 3 paling moncer


Senin, 14 September 2015 / 22:55 WIB
Semester I, bank buku 3 paling moncer


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Bank-bank yang masuk dalam kategori Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) 3 dengan modal inti dari Rp 5 triliun sampai dengan Rp 30 triliun, boleh bernapas lega.

Sebab, sampai dengan paruh pertama tahun 2015, bank-bank tersebut meraup pertumbuhan dana pihak ketiga dan juga kredit lebih tinggi dibanding dengan kelompok BUKU lainnya.

Per Juni 2015, bank yang masuk kategori BUKU 3 berhasil menyalurkan kredit hingga Rp 1.444 triliun.

Angka ini mengalami pertumbuhan sebesar 16,62% jika dibandingkan dengan penyaluran kredit per Desember 2014 yang sebesar Rp 1.238 triliun.

PT Bank Tabungan Negara (BTN) Tbk, sebagai salah satu bank yang masuk dalam kategori BUKU 3 juga mengalami pertumbuhan yang signifikan.

Direktur Utama BTN, Maryono mengungkapkan, bank yang masuk dalam kelompok BUKU 3 mengalami pertumbuhan DPK dan kredit lebih tinggi ketimbang kategori BUKU lainnya lantaran banyak mengalami pertumbuhan kredit sektor ritel.

Selain itu, kata Maryono, bank dengan kategori BUKU 3 juga tidak menyalurkan kredit berdenominasi valuta asing (valas) secara massive.

"BTN sendiri mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan di kredit perumahan segmen menengah bawah," kata Maryono kepada KONTAN, Senin (14/9).

Pertumbuhan kredit BTN semakin kinclong, pasca regulator seperti Bank Indonesia dan juga Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan pelonggaran atau relaksasi sejumlah aturan.

Diantaranya adalah pelonggaran loan to value di kredit perumahan. Dalam relaksasi itu disebutkan, adanya kenaikan LTV dari yang semula sebesar 70% menjadi 80%.

Relaksasi ini jelas menguntungkan bagi BTN, karena masyarakat yang hendak mencicil kredit pemilikan rumah (KPR) mendapat pengurangan beban untuk besaran uang muka alias down payment dari semula sebesar 30% menjadi hanya sebesar 20%.

Aturan ini, sedikit banyak dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan permintaan KPR.

Belum lagi penyaluran KPR dengan skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) yang getol digarap oleh bank dengan kode emiten BBTN ini.

Sejak awal tahun 2015, pemerintah telah menurunkan tingkat suku bunga KPR FLPP dari yang semula sebesar 7,5% menjadi 5% bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang hendak mencicil rumah untuk mengatasi backlog rumah.

Tak hanya dari sisi pinjaman, bank yang masuk kategori BUKU 3 pun mengalami pertumbuhan raihan dana pihak ketiga (DPK) yang paling subur.

Per Juni 2015, bank kelompok BUKU 3 berhasil meraup dana simpanan mencapai Rp 1.459 triliun. Angka ini tumbuh sebesar 15,12% dibanding posisi per 31 Desember 2014 yang sebesar Rp 1.267 triliun.

Maryono bilang, pertumbuhan DPK terjadi lantaran BUKU 3 umumnya fokus dalam mengembangkan dana murah yaitu giro dan tabungan atau current account and saving account (CASA).

Sedangkan untuk deposito, kata Maryono, perseroan tengah berupaya untuk menurunkannya. Per Agustus 2015, bank yang fokus pada kredit perumahan ini telah meraup DPK mencapai Rp 126 triliun.

Per Juni 2015, bank dengan kode emiten BBTN ini telah meraup total dana pihak ketiga mencapai Rp 107,11 triliun.

Rinciannya sebesar Rp 53,75 triliun merupakan dana mahal atau deposito. Angka ini setara dengan 50,18% terhadap total keseluhan DPK perseroan.

Sementara sisanya, sebesar Rp 53.36 triliun atau setara dengan 49,81% merupakan dana murah atau CASA, yang terdiri dari Rp 26,74 triliun giro dan Rp 26,62 triliun merupakan tabungan. Akhir tahun, perseroan optimis menargetkan raihan DPK mencapai Rp 140 triliun.

Catatan saja, kelompok BUKU 2 mengalami pertumbuhan minus.

Sepanjang enam bulan pertama tahun 2015, BUKU 2 mencatatkan penyaluran kredit sebesar Rp 531,84 triliun. Angka ini mengalami penurunan atau -17,88% jika dibandingkan dengan realisasi kredit yang telah disalurkan per Desember 2014 yang mencapai Rp 647,64 triliun.

Untuk DPK, kategori BUKU 2 pun mengalami nasib naas yang serupa. Kelompok BUKU 2 sampai paruh pertama tahun 2015 hanya sanggup mengumpulkan DPK sebesar Rp 613,85 triliun.

Angka ini mengalami penurunan atau -1,49% jika dibandingkan dengan raihan DPK per 31 Desember 2014 yang mencapai Rp 623,12 triliun.

Kategori BUKU 4 hanya tumbuh sedikit. Per Juni 2015, kelompok BUKU 4 hanya sanggup menyalurkan pertumbuhan kredit sebesar 3,68% menjadi Rp 1.618 triliun dari Rp 1.560 triliun pada Desember 2015.

Untuk DPK, kelompok BUKU 4 hanya membukukan pertumbuhan 0,52% menjadi Rp 1.933 triliun per Juni 2015 dibanding Rp 1.923 triliun pada Desember 2014.

Sementara itu kategori BUKU 1 mencatatkan pertumbuhan DPK yang sangat signifikan mencapai 16,1% menjadi Rp 149,94 triliun pada Juni 2015 dari Rp 129,15 triliun pada Desember 2014.

Sedangkan untuk kredit, kelompok BUKU 1 berhasil mencatatkan pertumbuhan sebesar 3,88% menjadi Rp 115,27 triliun penyaluran kredit per Juni 2015 dari sebelumnya sebesar Rp 110,96 triliun per akhir tahun 2014.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×