Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Perlambatan ekonomi membuat industri perbankan semakin mengetatkan ikat pinggang. Hal ini tercermin dari realisasi belanja modal alias capital expenditure (capex) industri perbankan yang masih mini mendekati akhir kuartal III-2015 ini.
Perbankan memilih untuk tidak terburu-buru untuk merealisasikan penggunaannya. PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk, contohnya. Di tahun bershio kambing kayu ini, bank dengan kode emiten BBRI menganggarkan capex senilai Rp 4 triliun. Angka ini naik dibandingkan anggaran capex perseroan tahun 2014 kemarin yang sebesar Rp 3 triliun.
Direktur Keuangan BRI, Haru Kusmahargyo menuturkan, hingga akhir Juni 2015, penyerapan capex perseroan baru sekitar 30%. Mengacu pada nilai capex tahun ini, maka bank spesialis kredit mikro ini baru menggunakan dana senilai Rp 1,2 triliun.
"Realisasi capex belum maksimal karena proyek-proyek masih on going," kata Haru kepada KONTAN, Kamis (10/9).
Haru menambahkan, hingga akhir tahun 2015 ini, kemungkinan besar perseroan hanya akan menyerap belanja modal sebesar 70% dari anggaran Rp 4 triliun tersebut. Realisasi capex perseroan, imbuh Haru, utamanya akan dibelanjakan untuk kebutuhan IT BRI.
Meski demikian, perseroan tetap menanggarkan peningkatan capex untuk tahun 2016 mendatang. Haru bilang, tahun depan capex BRI diperkirakan akan naik antara 5% sampai dengan 10% dibanding anggaran capex tahun 2015 ini.
Menurut Haru, dengan akan diluncurkannya sinergi ATM Himbara Link Merah Putih, capex BRI untuk kebutuhan penyediaan ATM pada 2016 tidak akan setinggi capex ATM BRI tahun ini.
ATM Himbara Link Merah Putih ini diperkirakan akan membantu bank-bank BUMN dalam hal efisiensi belanja modal untuk penyediaan mesin ATM. Catatan saja, tahun ini BRI berencana membuka 400 kantor cabang tambahan; sebanyak 20 unit berupa kantor cabang, dan sisanya teras BRI.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News