kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Sempat sepi, bankir ramal transaksi berbasis kartu bakal segera ramai lagi


Senin, 22 Juni 2020 / 16:59 WIB
Sempat sepi, bankir ramal transaksi berbasis kartu bakal segera ramai lagi
ILUSTRASI. Nasabah bertransaksi dengan kartu debit Bank Mandiri yang sudah menggunakan chip di ATM Bank Mandiri Jakarta, Jumat (22/3). Hingga Februari lalu, sebanyak 35,2 % kartu ATM/debit Bank mandiri sudah menggunakan chip. Bank Mandiri menargetkan sebanyak 50% ka


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Transaksi sistem pembayaran di Tanah Air sudah semakin bergeser ke digital semenjak adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diterapkan oleh pemerintah. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) transaksi nontunai menggunakan ATM, kartu debit, kartu kredit dan uang elektronik pada April 2020 menurun dari -4,72% pada Maret 2020 menjadi -18,96% secara year on year (yoy).

Namun demikian, bank sentral mencatat transaksi uang elektronik (UE) pada April 2020 tetap tumbuh tinggi mencapai 64,48% yoy dan volume transaksi digital banking di bulan April 2020 tumbuh 37,35% yoy. "Perkembangan ini mengindikasikan menguatnya kebutuhan transaksi ekonomi dan keuangan digital, termasuk meningkatnya akseptasi masyarakat terdapat digital payment selama masa PSBB," tulis BI dalam keterangan resminya, Kamis (18/6) lalu.

Baca Juga: Aktivasi nomor pin kartu kredit BCA lewat website BCA mudah dan cepat, begini caranya

Sepakat dengan hal itu, beberapa bank besar juga mencatat tren serupa. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) semisal yang mencatatkan transaksi mobile banking meningkat lebih dari 40% yoy di bulan Mei 2020. Pemimpin Divisi E-Banking BNI Sri Indira juga menambahkan, transaksi ATM masih tetap tumbuh walau tipis sekitar 5% yoy.

Di sisi lain, transaksi menggunakan mesin gesek alias electronic data capture (EDC) diakuinya menurun, lantaran masih banyak pusat perbelanjaan dan hiburan yang buka. "Kita alihkan ke pembayaran online. Kalau uang elektronik (TapCash) pasti turun, karena dominasinya di transportasi dan tol," ungkapnya kepada Kontan.co.id, Senin (22/6).

Senada, Direktur Konsumer PT Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan juga mengakui kalau transaksi lewat mobile banking perseroan bertajuk OctoMobile naik paling tinggi secara nilai, sekitar 65%. Hal ini menjadi bukti bahwa saat ini mayoritas nasabah sudah lebih nyaman menggunakan layanan mobile banking untuk bertransaksi.

Sudah hampir bisa dipastikan, menurut Lani ke depan perseroan bakal mengembangkan fitur dan layanan di mobile banking. Namun sebaliknya, transaksi di ATM menurut pengakuan Lani menurun tajam sampai 30%. "Karena PSBB, kebutuhan tunai menurun dan masyarakat beralih ke digital," katanya.

Baca Juga: Gaet BNI Syariah, Dompet Dhuafa layani pembelian hewan kurban secara digital

Begitu pula untuk transaksi kartu kredit di bulan Mei 2020 menurut catatan perseroan masih turun sekitar % yoy. Sedangkan secara nilai atau nominal transaksi menurun 10% yoy. Tetapi, penurunan ini dipandang tidak akan berlangsung lama, sebab sejak minggu lalu beberapa pusat perbelanjaan sudah mulai dibuka secara bertahap lewat penerapan PSBB transisi.

Bila tren ini terus berlanjut, kemungkinan besar di akhir Juni 2020 sudah akan terjadi peningkatan secara gradual di transaksi kartu kredit maupun ATM/EDC menurut bank bersandi bursa BNGA ini.

Di lain pihak, PT Bank Mandiri Tbk terus berupaya untuk memaksimalkan transaksi e-channel perseroan. Tercatat per akhir Mei 2020 jumlah transaksinya sudah menembus 647 juta transaksi.

Baca Juga: Transaksi digital Digibank DBS naik 75% selama PSBB

Menurut Corporate Secretary Bank Mandiri Rully Setiawan, Bank Mandiri sudah mempersiapkan berbagai strategi, baik di segmen wholesale, UMKM maupun untuk menjadi modern digital bank sebagai langkah antisipasi dalam menghadapi kompetisi yang semakin tak berbatas.

“Pada aplikasi Mandiri Online sendiri, yang menjadi salah satu layanan digital unggulan Bank Mandiri, hingga Mei 2020 pengguna aktifnya telah mencapai 5 juta pengguna, dengan nilai transaksi sebesar Rp 230 triliun,” kata Rully Setiawan, Minggu (21/6).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×