kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sentimen bank digital dan NIM buat asing borong saham perbankan Indonesia


Rabu, 13 Oktober 2021 / 19:24 WIB
Sentimen bank digital dan NIM buat asing borong saham perbankan Indonesia
ILUSTRASI. Deretan mesin ATM Bank.?Sentimen bank digital dan NIM buat asing borong saham perbankan Indonesia.


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor asing makin gemar mengapit saham perbankan lokal. Sentimen bank digital hingga potensi keuntungan dari net interest income (NIM) menaikkan gairah investor asing. 

Meski investor lebih memilih bank kecil hingga menengah dibandingkan bank kelas kakap. Maklum, Bank Rakyat Indonesia dan Bank Mandiri yang balapan sebagai bank beraset paling besar dimiliki oleh negara. 

Di bank menengah, KB Bukopin resmi menjadi dimiliki KB Kookmin dari Korea Selatan. Bank Permata juga telah diakuisisi oleh Bangkok Bank dari Thailand. Di kelas bank kecil, BKE sudah berubah menjadi Seabank, pasca diakuisisi oleh induk e-commerce Shopee itu. 

Asing juga gemar masuk lewat upaya bank memperkuat modal melalui rights issue. Asing semakin mendominasi di Bank Woori saudara, Woori semakin mendominasi dengan kepemilikan 84% dari sebelumnya 79% sehingga Arifin Panigoro terdilusi dari 9,6% menjadi 7,5%. Allo Bank menjelang rights issue Jumat mendatang juga terjadi crossing asing pada Selasa.

Baca Juga: BNI bidik kredit distributor financing kepada distributor Pertamina Lubricants

Ekonom dan Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah bilang maklum industri perbankan Indonesia diminati asing. Lantaran paling menguntungkan didukung oleh NIM yang tinggi. 

“Apalagi mereka tahu kesempatan memiliki bank di Indonesia sangat sulit krn regulator cenderung mengurangi jumlah bank dan tidak memberikan izin bank baru. Satu-satunya nya jalan adalah melakukan akuisisi,” ujar Piter kepada KONTAN pada Rabu (13/10). 

Faktor lainnya, investor asing melihat bank digital sebagai masa depan perbankan di Indonesia. Bank nantinya akan ditransformasi menjadi bank digital sebagai mesin keuntungan di masa depan.

“Mereka kejar bukan jadi bank terbesar tetapi bank yang menguntungkan. Sekarang ini awal dari persaingan baru perbankan di era digital. Semua bank bisa muncul sebagai pemenang persaingan bank di era digital,” paparnya.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira melihat beberapa tahun terakhir investor dari Jepang dan Korea Selatan memang agresif masuk ke Indonesia. Lantaran kedua negara itu memiliki pangsa pasar yang stagnan sehingga mencari pasar baru di negara berkembang.

Baca Juga: Gandeng Dekoruma, OCBC NISP rilis KTA digital untuk jasa desain interior rumah

“Faktor margin, NIM bank Indonesia yang tinggi di Asia Tenggara. Kemudian, demografi, prospek perekonomian  Indonesia yang menjanjikan. Banyak proyek infrastruktur pemerintah butuh pembiayaan sindikasi. Itu yang membuat mereka menarik,” papar Bhima.

Ia melihat selain di transformasi jadi bank digital, memiliki bank sendiri di Indonesia bisa mendukung ekosistem bisnis yang dimiliki di Indonesia seperti lewat layanan remitansi. Sehingga masuk ke bank yang sudah ada lebih murah dan cepat dibandingkan mendirikan bank baru butuh dana Rp 10 triliun dan ruwet aturan. 

Memang jika dibandingkan dengan kawasan Asia Tenggara, margin bunga bersih perbankan Indonesia jauh lebih gemuk dari negara lain. Jika dilihat secara individu bank, mayoritas bank besar menorehkan kenaikan NIM. 

BRI misalnya menorehkan NIM 7, 02% per Juni  2021, naik dari 5,72% pada periode yang sama tahun lalu. BNI mencatat kenaikan dari 4,5% menjadi 4,9%, Bank Mandiri membukukan peningkatan dari 4,93% ke 5,05%, CIMB Niaga naik dari 5,05% menjadi 5,08%.

Sedangkan NIM tiga bank terbesar di Thailand berdasarkan data Bloomberg hanya di bawah 2,6% pada kuartal II 2021 dimana yang tertinggi dicatatkan oleh Kasikornbank sebesar 2,57%.

Begitu pula dengan Malaysia, NIM tiga bank terbesarnya masih di bawah 2,6%. Korea Selatan dan Singapura lebih rendah lagi. KB Financial Group hanya mencatat NIM 1,82% per kuartal II dan IBK 1,51%. Bank besar Singapura juga mencatat NIM rendah dimana margin bunga bersih DBS hanya 1,49% dan OCBC 1,58%.

Kenaikan NIM di Tanah Air tidak hanya ditorehkan oleh bank besar saja. Bank menengah juga mencatat hal serupa. BTN mencatat kenaikan NIM dari 3,4% pada Juni 2020 menjadi 3,6% pada semester I tahun ini dan Bank Woori Saudara (BWS) naik dari 3,28% menjadi 4,12%. Sedangkan BJB stabil di level 5,6%.

BWS menargetkan NIM sampai akhir tahun ada di level 4,2%. Sadhana Priatmadja Direktur BWS mengatakan, kenaikan NIM yang didapat semester I lalu sejalan dengan menipisnya biaya dana sebesar 0,51% dibandingkan akhir tahun 2020.

Selanjutnya: Polda Metro Jaya tangkap terduga pelaku penipuan mengatasnamakan staf Bank BTPN

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×