kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.476.000   8.000   0,54%
  • USD/IDR 15.874   72,00   0,45%
  • IDX 7.147   -14,46   -0,20%
  • KOMPAS100 1.093   -1,18   -0,11%
  • LQ45 868   -4,12   -0,47%
  • ISSI 217   0,73   0,34%
  • IDX30 444   -2,73   -0,61%
  • IDXHIDIV20 535   -4,97   -0,92%
  • IDX80 125   -0,13   -0,10%
  • IDXV30 135   -1,16   -0,85%
  • IDXQ30 148   -1,31   -0,88%

Simak Strategi Perbankan Meningkatkan Rasio Return on Equity


Kamis, 13 April 2023 / 16:56 WIB
Simak Strategi Perbankan Meningkatkan Rasio Return on Equity
ILUSTRASI. Nasabah melakukan transaksi di atm kantor cabang Bank BTN Jakarta, Jumat (22/4/2022). /pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/22/04/2022.


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah perbankan tengah fokus meningkatkan kemampuan memberikan keuntungan bagi para pemegang sahamnya. Rasio return on equity (RoE) pun ditargetkan mengalami kenaikan signifikan ke depan.

PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) misalnya, berkomitmen untuk meningkatkan RoE mencapai 17%. Rasio RoE ini merupakan indikator yang sangat penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran dividen.

Untuk diketahui, di jajaran bank pelat merah, BTN merupakan bank dengan kemampuan paling kecil dalam menghasilkan laba dari modalnya. RoE bank ini per Desember 2022 tercatat sebesar 16%.

Direktur Risk Management Bank BTN Setiyo Wibowo  menjelaskan, faktor pendorongnya, karena perbaikan profitabilitas dari pertumbuhan kredit yang sehat, pengendalian biaya dana, dan kualitas kredit yang makin baik serta efisiensi operasional.

Baca Juga: Dorong Ekonomi Indonesia Maju, BNI Fokus ke Tiga Hal Ini

Walau demikian, BTN memperkirakan RoE pasca satu tahun rights issue akan turun terlebih dahulu jadi 14%. 

"Hal ini karena peningkatan permodalan dari rights issue tahun lalu," kata Setiyo kepada kontan.co.id, Kamis (13/4). 

Untuk diketahui, akhir tahun lalu, BTN telah melakukan rights issue dan meraup dana Rp 4,13 triliun. Pemerintah sebagai pemilik 60% saham bank ini menyetor modal Rp 2,48 triliun.  

Untuk meningkatkan profitabilitas ke depan, BTN akan  mulai mendorong penyaluran kredit-kredit high yield, meningkatkan porsi dana murah, serta melanjutkan inisiatif perbaikan proses bisnis dan penyelesaian kredit macet.

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) juga bakal fokus meningkatkan RoE ke depan. Pada akhir tahun 2022 tercatat RoE BRI sebesar 16,76%.

"BRI memproyeksikan untuk ROE akan terus meningkat menuju level ROE sebelum pandemi," ujar Corporate Secretary BRI, Aestika Oryza Gunarto. 

Dalam mencapai hal tersebut, BRI memiliki 4 strategi utama, di antaranya fokus pada penyaluran kredit dengan yield yang tinggi, seperti segmen mikro, perbaikan struktur dana murah (CASA), menurunkan credit cost melalui peningkatan kualitas aset, dan melakukan peningkatan secara kontinyu pada sisi efisiensi dan mendorong akselerasi sinergi BRI Group.

Sementara BNI menargetkan RoE bisa naik di atas 18% di 2025. Per September 2022, RoE bank ini tercatat sebesar 16,39%, naik dari 10,42% pada periode yang sama tahun lalu. Untuk mencapai itu, BNI disebut akan menjaga biaya kredit di kisaran 1%.

Baca Juga: Bank Sumsel Babel Catat Laba Triwulan I 2023 Capai Rp 211 Miliar

"Sehingga kami akan fokus pada kredit-kredit yang memiliki profil risiko rendah dengan target pertumbuhan kredit di kisaran 10% per tahun," ujar Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini.

Selain itu kata Novita, BNI juga akan fokus pada cross seling sekaligus meningkatkan peranan bank sebagai transactional banking dan menjadi preferensi pertama bagi nasabah. Hal itu diharapkan bisa mendorong potensi pendapatan berbasis komisi alias fee based BNI.

Menurutnya, fee based Income akan lebih didorong oleh transaksi-transaksi nasabah, tidak hanya terkait transaksi account maintenance, tetapi juga pada fee yang sifatnya sindikasi, advisory, dan investment.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek)

[X]
×