Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Simpanan valas perbankan di tanah air semakin mengering meskipun bunga acuan terus meningkat. Ini terjadi karena permintaan kredit valas yang semakin tinggi.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti mengakui telah terjadi fenomena dolar shorted atau kelangkaan dolar secara global.
Ini terjadi akibat kenaikan agresif suku bunga The Fed dan juga imbal hasil surat utang Amerika Serikat (AS) Tinggi.
“Ini mendorong terjadinya arus balik dari Dolar AS dari negara berkembang dan negara maju, termasuk Indonesia. Sehingga kembali ke AS, tercermin dari DXY index yang menggambarkan penguatan dolar AS terhadap mata uang dominan lainnya. Ini lah yang menyebabkan dolar shorted,” ujar Destry belum lama ini.
Baca Juga: Bunga Deposito Bank Mulai Terkerek Akibat Suku Bunga Acuan Naik Lagi
Lanjut Destry, perbankan tanah air saat ini mencatatkan pertumbuhan kredit valas hingga 11%. Sedangkan dana pihak ketiga (DPK) valas hanya tumbuh sekitar 2%. Kendati demikian, Destry menyatakan secara keseluruhan jarak antara ketersediaan dana valas dan kredit itu terus membaik.
“Karena, sumber pendanaan valas perbankan kita tidak hanya berasal dari DPK saja, ada juga non DPK yang tumbuh cukup pesat. Pada umumnya dalam bentuk pinjaman maupun repo juga. Ini jadi satu sumber pendanaan untuk kredit valas,” terang Destry.
Namun, Destry berharap dengan investasi langsung asing alias foreign direct investment (FDI) yang naik 63% yoy per kuartal ketiga 2022. Lalu, keuntungan neraca perdagangan mencapai US$ 4,99 miliar.
“Inflow di SBN hingga Minggu November 2022, sudah ada Rp 8,8 triliun. Meskipun negatif secara year to date, paling tidak persepsi investor dari global untuk investasi di Indonesia tetap menarik,” paparnya.
Ia berharap dengan bank menawarkan suku bunga yang atraktif bisa menarik simpanan valas kembali parkir di tanah air. Ia mengaku, perbankan Indonesia memang harus bersaing dengan bank di luar negeri.
Baca Juga: Suku Bunga Acuan Naik Lagi, Bunga Deposito Bank Mulai Terkerek
Sebagai gambaran Singapura menawarkan bunga deposito valas 3% setahun. Sementara bunga deposito valas bank lokal berkisar antara 0,75% hingga 1,75%.
Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rudi AS Aturridha menyatakan penyaluran kredit valas Bank Mandiri masih tetap berjalan seiring dengan demand kredit Valas dan kebutuhan ekspansi bisnis.
Kredit valas Bank Mandiri tumbuh 15,55% year to date (YtD) dan DPK valas tumbuh positif 12,0% YtD per September 2022.
Ia menyatakan bank Mandiri secara aktif terus melakukan langkah strategis untuk menjaga likuiditas di tengah dinamika makro global. Mulai dari peningkatan suku bunga pasar dan kebutuhan ekspansi bisnis.
“Bank Mandiri mengoptimalisasi pengelolaan likuiditas dengan strategi pricing dana secara selektif dan terukur sebagai upaya untuk mengakuisisi maupun mempertahankan DPK. Melakukan pengelolaan kontrol dan monitoring terhadap pencairan kredit valas. Memanfaatkan instrumen-instrumen Treasury dalam memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek,” ujar Rudi kepada Kontan.co.id pada Rabu (23/11).
Baca Juga: Hingga Kuartal III 2022, LPS Sudah Jamin 494,39 Juta Rekening Nasabah Perbankan