kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,27   -8,08   -0.87%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

SOE Conference Bahas Tiga Strategi Penting Tingkatkan Inklusi Keuangan


Kamis, 27 Oktober 2022 / 11:34 WIB
SOE Conference Bahas Tiga Strategi Penting Tingkatkan Inklusi Keuangan


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ikut terlibat dalam meningkatkan implementasi program inklusi keuangan, yaitu melalui himpunan bank milik negara (Himbara). Upaya peningkatan program ini selain sosialisasi juga dibutuhkan pengetahuan dan edukasi kepada masyarakat melalui infrastruktur digital yang murah.

Berbicara dalam Panel Diskusi IV SOE Conference Internasional bertajuk Peran BUMN dalam Memperluas Keuangan Inklusif, di Nusa Dua Bali. Senior Direktur Inisiatif Amerika Latin di Pusat Pengembangan Global, Liliana Rojas Suarez, mengatakan bahwa ada tiga strategi yang bisa dijalankan dalam meningkatkan inklusi keuangan ke seluruh lapisan masyarakat.

Pertama, dikatakannya adalah model implementasi inklusi keuangan yang mudah diakses atau digunakan oleh masyarakat. Pasalanya, banyak inisiatif inklusi keuangan yang dilakukan oleh negara-negara di dunia, akan tetapi tidak semuanya berhasil.

Baca Juga: SOE International Conference 2022, Transformasi Digital Untuk Mendorong Pertumbuhan

"Tidak masalah model seperti apa yang digunakan, pelajaran utamanya adalah harus memberikan keuntungan besar dan berkelanjutan," ujarnya dalam siaran pers, Kamis (27/10).

Dia menyebut, sistem perbankan yang modern saat ini dapat menjadi pendekatan yang baik untuk dapat menjamah masyarakat agar masuk ke sistem keuangan. Hanya saja, tantangan yang akan dihadapi seberapa jauh tersedianya jaringan seluler karena itu dibutuhkan untuk mengoperasikan bank.

Strategi kedua yakni gerbang pembayaran secara digital yang luas. Menurut Liliana, rata-rata negara yang berhasil meningkatkan inklusi keuangan adalah mereka yang menggunakan layanan pembayaran secara digital karena itu sangat mudah digunakan masyarakat.

"Dan, yang ketiga, ini yang sangat penting, keterjangkauan dalam mengakses infrastruktur digital. Seperti ponsel hingga internet," katanya.

Ia menekankan, tidak hanya soal tersedia atau tidak, infrastruktur digital yang ada tentunya harus terjangkau untuk seluruh masyarakat. Tidak terkecuali bagi masyarakat yang tinggal di daerah terpencil dengan pendapatan yang rendah. "Sebab, jika terlalu tinggi, kita akan memiliki masalah dalam menggunakan digitalisasi," kata dia.

Pada kesempatan yang sama, Profesor dari Harvard Kennedy School, Jay K Rosengard, mengatakan, Indonesia salah satu negara yang cukup berhasil meningkatkan inklusi keuangan lewat kehadiran perbankan di sektor pertanian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×