Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ancaman resesi dan perlambatan ekonomi berpeluang menekan daya beli konsumen. Dalam beberapa tahun terakhir, bayar tunda atau paylater memang terus berkembang menjadi salah satu alternatif metode pembayaran bagi masyarakat, terutama di e-commerce.
VP Marekting & Communications Kredivo Indina Andamari mengatakan, Kredivo optimistis bahwa paylater mampu menjadi sebuah bantalan ekonomi di tengah tantangan ekonomi saat ini.
Dalam riset Kredivo bertajuk Perilaku Konsumen E-commerce Indonesia, penggunaan paylater di e-commerce meningkat hingga 38% pada tahun 2022, dari tahun sebelumnya yaitu 28%.
Baca Juga: Akulaku Dorong Peningkatan Inklusi Keuangan
Menurut data internal yang dihimpun oleh Kredivo, pengguna Paylater di wilayah tier 2 dan tier 3 di Indonesia meningkat 52% pada semester pertama tahun 2022 dibandingkan pada periode yang sama di tahun lalu.
Pertumbuhan nilai transaksi paylater di Kredivo meningkat hingga dua kali lipat pada semester pertama 2022 dibandingkan pada periode yang sama pada tahun lalu.
"Hingga saat ini, Kredivo juga sudah memiliki lebih dari 6 juta pengguna yang tersebar di seluruh Indonesia, baik wilayah tier 1, 2, dan 3," kata Indina kepada Kontan.co.id, Jumat (28/10).
Baca Juga: 3 Cara Bayar Shopee di Indomaret untuk Tagihan dan Checkout Belanja Online
Indina bilang, sebagai upaya dalam menjaga daya beli masyarakat, Kredivo menawarkan bunga rendah mulai dari 0% dan juga cicilan dengan tenor panjang hingga 12 bulan.
Kredivo juga didukung oleh kemampuan matriks risiko yang setara dengan bank yang turut memperketat mitigasi risiko mengenai kelayakan kredit serta kemampuan bayar konsumen, sehingga kredit diberikan kepada konsumen yang tepat dengan tujuan untuk menjaga ekosistem keuangan tetap kondusif.
"Kredivo optimis jika pola konsumsi masyarakat masih bisa terjaga, maka roda ekonomi pun akan tetap dapat bergerak," ujar Indina.
Indina menambahkan, Kredivo akan terus memperluas penetrasi ke kota tier 2 dan 3, memperdalam integrasi dengan merchant online serta memperdalam penetrasi secara offline dengan merchant retail.
Selain itu, Indina bilang, kehadiran inovasi Kredivo seperti Flexi Card, yang merupakan hasil kerja sama strategis dengan Bank Sampoerna dapat digunakan untuk transaksi di seluruh outlet dengan jaringan GPN, serta Infinite Card sebagai sebuah kartu virtual yang memungkinkan pengguna bertransaksi digital menggunakan limit Kredivo di seluruh jaringan merchant online Mastercard, diharapkan dapat menjadi stimulus bagi daya beli masyarakat saat ini.
Baca Juga: Keamanan Data Makin Krusial, Kredivo Perkuat Literasi Digital Mahasiswa di Palembang
Dengan strategi tersebut, Kredivo optimis pada akhir tahun 2022 dapat mencatatkan pertumbuhan hingga dua kali lipat dibandingkan pada tahun sebelumnya. Optimisme ini didasari atas adanya tren peningkatan belanja masyarakat, terutama pada e-commerce yang selalu di terjadi pada akhir tahun.
"Sebagai gambaran, di 2021, jumlah pinjaman Kredivo naik lebih dari 100% dibandingkan realisasi 2020. Hal ini seiring peningkatan jumlah pengguna aktif yang tumbuh hampir dua kali lipat dalam 10 bulan terakhir," pungkas Indina.
Sementara itu, Chief Marketing & Digital Officer Home Credit Indonesia Sheldon Chuan mengungkapkan, Home Credit cukup yakin dapat membukukan kinerja keuangan yang lebih baik tahun ini.
"Sampai akhir September 2022, Home Credit telah menyalurkan total pembiayaan sebesar Rp 5,9 triliun atau tumbuh sekitar 22% dibandingkan dengan Rp 4,8 triliun pada September 2021," kata Sheldon kepada Kontan.co.id, Jumat (28/10).
Baca Juga: NPL Paylater Cukup Tinggi, Begini Saran Perencana Keuangan
Sheldon bilang, sebagai perusahaan pembiayaan berbasis teknologi, Home Credit akan terus fokus memberikan layanan keuangan seperti pembiayaan barang, pembiayaan modal usaha, asuransi, Paylater, dan sebagainya yang cepat, transparan, dan ada di mana saja untuk memenuhi kebutuhan pelanggan secara terencana.
Sementara itu, Direktur Akulaku Finance Indonesia Efrinal Sinaga mengungkapkan, hingga saat ini, dampak perlambatan ekonomi belum terasa signifikan. Namun ancaman resepsi, diyakini akan berpengaruh kepada "daya beli" dan "daya bayar" sehingga bisa berdampak terhadap kinerja pembiayaan ke depan dan juga kualitas portfolio.
Efrinal memandang, daya beli masyarakat kemungkinan bakal turun, apalagi ditambah degan kemungkinan akan naiknya biaya dana atawa cost of fund dari pihak perbankan.
Untuk itu, Akulaku memiliki strategi tetap melakukan promosi terutama seasonal di saat Harbolnas dan program akhir tahun. "Namun lebih selektif dan pengetatan di proses screening dan scoring," pungkas Efrinal kepada Kontan.co.id, Jumat (28/10).
Sebagai informasi, per September 2022, pembiayaan Akulaku sudah mencapai lebih dari 10 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News