Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Pesona nilai tukar rupiah terhadap dollar AS masih pudar. Kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa (8/9) mencatat, nilai tukar rupiah masih terus melemah mencapai Rp 14.285 per dollar AS. Angka ini cenderung meningkat ketimbang Senin (7/9) lalu yang masih di level Rp 14.234.
Namun, rontoknya rupiah ini telah diantisipasi oleh perbankan dengan melakukan uji ketahanan alias stress test. Dengan asumsi nilai tukar rupiah tembus Rp 15.000 per dollar AS, hasilnya menunjukkan daya tahan bank masih sangat baik.
Seperti yang dilakukan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, misalnya. Bank pelat merah ini bahkan telah berjaga-jaga dengan melakukan stress test hingga rupiah menembus level Rp 18.000 per dollar AS.
"Dari stress test dengan asumsi nilai tukar Rp 15.000 - Rp 18.000 per dollar AS, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) kami tidak terpengaruh. CAR masih memenuhi bahkan jika nilai tukar menyentuh Rp 18.000 per dollar AS," terang Muhamad Ali, Senior Executive Vice President BRI, Selasa (8/9).
Memang, ia mengakui, rasio kredit bermasalah atawa non performing loan/NPL akan mengalami kenaikan. Yaitu, berada pada level 2,5%, tetapi itu pun meningkat tidak lebih dari 1% ketimbang posisi NPL saat ini.
"Jadi, kami kira masih aman. Kami terus melakukan stress test. Namun, kami banyak bermain di segmen ritel dan mikro. Segmen ini lebih tahan guncangan karena konsumsi mereka terus jalan dengan situasi saat ini," imbuh dia.
Sebelumnya, Sunarso, Wakil Direktur Utama BRI juga menyebutkan, NPL dapat tembus 2,5% dengan skema terburuk dan asumsi nilai tukar rupiah di level Rp 16.000 per dollar AS. Saat ini, NPL perseroan berada di posisi 0,66%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News