Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) kembali memangkas suku bunga acuannya BI 7 day reverse repo rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,5% dari sebelumnya sebesar 5,75%.
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI, anggota indeks Kompas100) menyambut baik kebijakan BI tersebut. Pemangkasan suku bunga acuan itu dinilai akan membantu mendorong pertumbuhan penyaluran kredit ke depan.
Baca Juga: Sebentar lagi, SIM bisa dipakai sebagai uang elektronik
"(Kebijakan BI) itu sesuai harapan. BRI semakin optimis bisa capai target pertumbuhan kredit 12% tahun ini," kata Haru Koesmahargyo, Direktur Keuangan BRI pada Kontan.co.id, Kamis (22/8).
Sementara terkait likuiditas, BRI tidak khawatir meskipun pemangkasan suku bunga acuan itu akan bermuara pada penurunan suku bunga dana di perbankan. Haru bilang, kebijakan pemangkasan giro wajib minimum (GWM) cukup membantu likuiditas perseroan.
Pada Juni lalu, BI memutuskan menurunkan giro wajib minimum (GWM) rupiah untuk bank konvensional dan bank syariah sebesar 50 basis poin (bps). Aturan ini berlaku sejak 1 Juli 2019.
Penurunan ini akan membuat bank konvensional harus menjaga GWM rupiah minimal 6% sementara bank syariah 4,5%.
Baca Juga: BI kembali pangkas suku bunga 25 basis poin menjadi 5,5%
Dari penurunan itu, BRI mendapat tambahan likuiditas sebesar Rp 4 triliun. Sebelumnya, Haru berharap, BI bisa kembali menurunkan aturan GWM ini lantaran sebelumnya GWM rupiah pernah 5%. "Kita berharap turun 50 basis poin lagilah," ujarnya.
Seperti diketahui, BRI mencatatkan menyalurkan kredit senilai Rp 888,32 triliun sepanjang semester I 2019. Capaian itu meningkat 11,84% di bandingkan penyaluran pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Penyaluran kredit BRI masih didominasi oleh penyaluran ke segmen UMKM yaitu sebesar 76,72% atau senilai Rp 681,50 triliun, tumbuh 13% year on year.
Baca Juga: Smart SIM akan terintegrasi dengan uang elektronik TapCash milik BNI
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News