CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.860   -72,00   -0,46%
  • IDX 7.215   -94,11   -1,29%
  • KOMPAS100 1.103   -14,64   -1,31%
  • LQ45 876   -10,76   -1,21%
  • ISSI 218   -3,03   -1,37%
  • IDX30 448   -5,87   -1,29%
  • IDXHIDIV20 540   -6,91   -1,26%
  • IDX80 126   -1,77   -1,38%
  • IDXV30 135   -1,94   -1,41%
  • IDXQ30 149   -1,85   -1,22%

Suntikan Modal Jamsostek Belum Jelas


Selasa, 11 Mei 2010 / 06:33 WIB
Suntikan Modal Jamsostek Belum Jelas


Reporter: Irma Yani | Editor: Test Test

JAKARTA. Rencana suntikan modal berupa penyertaan langsung sebesar Rp 300 miliar oleh Jamsostek kepada PT Reasuransi Internasional Indonesia (Reindo), masih belum jelas pelaksanaannya.

"Hal itu tergantung kapan dan seberapa lebar Reindo membuka pintunya. Kami perlu due diligence dulu terutama dari risiko," ucap Direktur Utama Jamsostek Hotbonar Sinaga, kemarin (10/5).

Kepala Departemen Reindo Fitris Dinarwan menegaskan hal serupa. Dia bilang, yang makin membuat ketidakpastian adalah rencana pergantian menteri keuangan. Pergantian itu akan membuat menteri baru beradaptasi lagi dengan situasi sekarang. "Kalau dulu sudah dapat lampu hijau, kemungkinan sekarang di-review lagi. Jadi mungkin saat ini belum ada perkembangan lebih lanjut," tutur Fitris.

Namun, Hotbonar meyakini, isu tersebut tak akan menjadi penghambat rencana suntikan modal. "Ah, enggak ada hubungan dengan pergantian menteri," tandasnya.

Hotbonar menambahkan, rencana penyertaan langsung ke Reindo itu dilakukan untuk menekan defisit neraca pembayaran asuransi di Indonesia. Maklum, pada 2008 lalu defisit neraca pembayaran asuransi itu mencapai Rp 5 triliun. "Itu artinya, yang ke luar negeri lebih besar dari yang masuk. Kita memang menerima bisnis dari luar negeri, namun totalnya tetap saja defisit," tegas Hotbonar.

Ari Surya Nugraha, Kepala Departemen Pemasaran Reindo membenarkan Hotbonar. "Kalau ada perusahaan reasuransi besar dengan modal Rp 1 triliun-Rp 2 triliun, kami harapkan premi itu banyak tertahan di Indonesia bukan lari ke luar negeri," cetus Ari.

Tak hanya itu, keterbatasan ekuitas dari perusahaan-perusahaan reasuransi di Indonesia juga menjadi salah satu penyebab defisit. Untuk itu, sebagai perusahaan reasuransi terbesar di Indonesia, Reindo membutuhkan modal tambahan. "Kami harus memikirkan cara mengembangkan Reindo secara bertahap. Hal ini tentunya bertujuan untuk menghindari menggemuknya defisit," tandas Hotbonar.

Maka, tak heran Jamsostek pun turut mengajak perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) lain, seperti PLN dan Pertamina mengambil bagian dalam rencana ini. "Kalau mereka bisa andil, modal Reindo di tahun 2011 bisa mendekati Rp 1 triliun," kata Hotbonar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×