kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.407.000   24.000   1,01%
  • USD/IDR 16.580   -17,00   -0,10%
  • IDX 8.125   73,58   0,91%
  • KOMPAS100 1.120   14,21   1,28%
  • LQ45 780   7,86   1,02%
  • ISSI 292   2,64   0,91%
  • IDX30 406   2,01   0,50%
  • IDXHIDIV20 454   0,57   0,13%
  • IDX80 123   1,36   1,12%
  • IDXV30 131   1,14   0,88%
  • IDXQ30 128   0,32   0,25%

Survei HSBC: Treasurer RI Optimistis pada AI, tapi Risiko Siber Bikin Waswas


Kamis, 16 Oktober 2025 / 18:36 WIB
Survei HSBC: Treasurer RI Optimistis pada AI, tapi Risiko Siber Bikin Waswas
ILUSTRASI. HSBC headquarters is seen at the financial Central district in Hong Kong, China September 6, 2017. REUTERS/Bobby Yip


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Survei HSBC Redefining Treasury in Asia Pacific: Voices of Treasury 2025 menunjukkan, para manajer keuangan atau treasurer di Indonesia melihat manfaat besar dari penerapan otomatisasi dan kecerdasan buatan (AI) dalam meningkatkan efisiensi serta pengambilan keputusan keuangan perusahaan.

Teknologi AI dinilai mampu memberikan prediksi yang lebih akurat terhadap arus kas dan transaksi lindung nilai (hedging), terutama di tengah volatilitas nilai tukar dan suku bunga yang tinggi.

Namun, adopsi AI juga diiringi kekhawatiran. Sebanyak 48% treasurer di Indonesia menyebut keamanan siber sebagai hambatan utama dalam penerapan teknologi tersebut, tertinggi dibandingkan tujuh negara Asia Pasifik lain dalam survei ini.

Baca Juga: Pada Era AI, Eksekutif Global Ungkap Keterampilan yang Penting Dimiliki Manusia

Isu perlindungan dan keamanan data menjadi sorotan utama, mengingat sejumlah insiden peretasan yang pernah terjadi di sektor keuangan.

Berbeda dengan tren regional, hasil survei Asia Pasifik menunjukkan perusahaan justru semakin mempercepat transformasi sistem keuangan digital berbasis data dan real-time treasury guna menavigasi kompleksitas bisnis yang meningkat.

Meski baru 8% responden yang menilai AI “sangat berguna” saat ini, setengah dari treasurer di kawasan memperkirakan teknologi ini akan sangat membantu dalam tiga tahun ke depan.

AI dianggap berpotensi besar meningkatkan akurasi prediksi, mendeteksi penipuan, serta mengidentifikasi pola transaksi abnormal, sehingga dapat menekan biaya operasional keuangan.

“Para manajer keuangan kini berperan strategis dalam pengambilan keputusan perusahaan dan mendorong pertumbuhan bisnis. Manfaat dari manajemen treasuri yang efisien dan tangkas, didukung informasi andal serta cepat, akan menjadi keunggulan utama di masa depan,” ujar Manoj Dugar, Head of Global Payments Solutions, Asia ex Greater China HSBC, dalam keterangan resmi, Kamis (16/10/2025).

Baca Juga: Tim Cook Ungkap Arti Penting AI: Yang Menolak Akan Tertinggal

Dalam survei tersebut, para treasurer di Asia Pasifik menempatkan pengelolaan keuangan di tengah volatilitas nilai tukar dan suku bunga sebagai prioritas utama dalam 12 bulan mendatang.

Isu ini menempati peringkat pertama di tujuh dari delapan negara yang disurvei, termasuk Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Hong Kong, Tiongkok, Australia, dan Selandia Baru.

Sementara itu, ekspansi ke pasar baru berada di posisi terbawah. Hal ini mencerminkan kehati-hatian korporasi terhadap ketidakpastian perdagangan global dan dampaknya terhadap rencana bisnis jangka panjang.

Dari sisi risiko geopolitik, tiga dari lima treasurer menyebut volatilitas pasar dan perlambatan ekonomi sebagai tantangan utama yang akan dihadapi dalam setahun ke depan.

Baca Juga: Think Policy: Indonesia di Titik Kritis Tata Kelola AI, Perlu Kebijakan yang Adaptif

Untuk menjawab dinamika tersebut, manajer keuangan di Asia Pasifik dinilai membutuhkan real-time treasury, sistem pengelolaan kas yang terintegrasi dan berbasis data terkini agar mampu menavigasi fluktuasi pasar dengan cepat dan akurat.

Di tengah gejolak ekonomi global, digitalisasi sistem pembayaran menjadi fondasi utama untuk mewujudkan real-time treasury.

Sistem ini memungkinkan treasurer memantau posisi kas, kebutuhan modal kerja, serta eksposur valuta asing di seluruh entitas bisnis secara menyeluruh dan waktu nyata.

“Kami memahami bahwa prioritas utama perusahaan saat ini adalah menjaga pertumbuhan di tengah ketidakpastian global. Sebagai transactional banking terkemuka, HSBC terus membantu nasabah di Indonesia mendigitalisasi sistem pembayaran agar lebih efisien dan aman, termasuk untuk transaksi lintas batas,” jelas Anne Suhandojo, Head of Global Payments Solutions HSBC Indonesia.

Menurut Anne, HSBC telah menyediakan berbagai solusi pembayaran domestik dan cross-border yang terintegrasi, termasuk sistem otomatisasi konversi ke lebih dari 130 mata uang asing untuk pembayaran internasional.

Baca Juga: CEO Perusahaan AI Sebut Mustahil Sukses Kalau Hanya Kerja 38 Jam Seminggu

Salah satu contoh penerapan adalah perusahaan pelayaran Indonesia yang memiliki 12 anak usaha di berbagai negara Asia.

Dengan mengintegrasikan solusi pembayaran dan cash management HSBC, perusahaan tersebut berhasil memangkas proses manual yang sebelumnya tersebar di berbagai bank dan kanal berbeda.

Hasilnya, visibilitas posisi kas kini lebih transparan, real-time, dan terkonsolidasi.

Selanjutnya: PM Prancis Sebastien Lecornu Lolos dari Dua Mosi Tidak Percaya di Parlemen

Menarik Dibaca: PSSI Pecat Patrick Kluivert, Siapa Kandidat Pengganti Pelatih Timnas Indonesia?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait



TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×