Reporter: Dessy Rosalina | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Saham perbankan untuk saat ini dinilai tidak lagi menarik. Soalnya upaya perbankan menaikkan bunga kredit belum mampu menjadi katalis positif yang signifikan bagi saham bank.
Syaiful Adrian, Analis Ciptadana Securities melihat bahwa kenaikan bunga kredit tidak bisa menahan penurunan margin bunga bersih atau net intereset margin (NIM) bank. “Kenaikan bunga kredit tidak bisa membantu bank memperbaiki margin karena lebih rendah dari kenaikan beban bunga,” katanya, Senin (9/6).
Saat ini, lanjut Syaiful, bank terus menaikkan bunga simpanan karena pengetatan likuiditas. Kenaikan bunga kredit tidak bisa melampaui bunga simpanan. Hingga akhir tahun likuiditas akan sedikit menurun sebab perbankan sudah mulai mengerem penyaluran kredit.
Tetapi, likuiditas ketat masih terus terjadi hingga kuartal I 2015. Jadi, hingga tahun depan, perbankan masih fokus memupuk likuiditas. Selain itu, perbankan Indonesia masih sangat tergantung terhadap margin bunga. Sementara Fee based income masih belum bisa menopang kinerja perbankan.
Dampak lain kenaikan bunga kredit menurut Syaiful adalah kenaikan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL). Kata dia, kenaikan NPL pasti terjadi, tetapi besarannya masih belum pasti.
“Prediksi saya, NPL perbankan nasional bisa naik ke posisi 2,5% dari tahun lalu 1,8%. Kondisi ini makin memperburuk prospek saham perbankan,” ujarnya.
Di sisi lain, saham sektor perbankan masih menarik karena secara kapitalisasi pasar merupakan terbesar di Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Makanya, saham bank besar seperti, Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Central Asia (BBCA), dan Bank Mandiri (BMRI) banyak dipegang oleh investor asing.
Maka itu, saham perbankan masih bisa mendaki dengan memanfaatkan momentum, bukan fundamental. Syaiful mencontohkan, jika ada katalis positif dari hasil pemilihan presiden (pilpres), saham BBRI, BBCA dan BMRI pasti naik. “Tapi, saham bank dengan porsi deposito tinggi, seperti Bank Danamon (BDMN) dan Bank Tabungan Pensiun Nasional (BTPN) akan tertekan karena sensitif terhadap kenaikan bunga simpanan,” tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News