Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Narita Indrastiti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Bukopin Tbk mengincar perolehan modal tambahan di tahun depan sekitar Rp 1,5 triliun.
Direktur Keuangan Bukopin Rachmat Kaimuddin mengatakan, salah satu langkah yang bakal ditempuh untuk memperoleh dana tersebut antara lain dengan melakukan penerbitan obligasi subordinasi alias subdebt pada tahun depan.
Hal ini juga berkaitan dengan refinancing subdebt sebesar Rp 1,5 triliun yang akan jatuh tempo pada Maret 2019.
Namun, ketika ditanyakan berapa jumlah dana yang diincar dari subdebt tahun depan, Rachmat menyebut pihaknya masih menghitung kebutuhannya.
Pasalnya, kondisi pasar saat ini masih cenderung volatile, kemungkinan penguatan modal bank bersandi bursa BBKP ini akan dilakukan secara kombinasi.
Pihaknya pun memastikan, aksi korporasi tersebut setidaknya akan dilangsungkan pada kuartal pertama 2019 mendatang.
"Secara umum ada subdebt yang jatuh tempo Rp 1,5 triliun pada Maret. Bentuk refinancing bisa sebagian dari sekuritisasi, obligasi, atau subdebt. Karena kondisi pasar sekarang juga menarik volatilitasnya," ungkapnya saat ditemui di Kantor Pusat Bukopin, Jakarta, Selasa (16/10).
Sebelumnya, Bukopin juga telah melampungkan aksi korporasi berupa rights issue dengan stand by buyer investor asal Korea Selatan yakni KB Kookmin Bank. Pasca aksi korporasi tersebut, rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) meningkat 13,51% per September 2018, membaik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 12,51%.
Sebelumnya, Bukopin sempat berencana untuk melakukan divestasi kepemilikan saham di anak usahanya yakni PT Bank Syariah Bukopin (BSB) sebanyak 40%. Namun, Rachmat menilai hal tersebut harus dikaji ulang lantaran Bukopin baru saja mendapatkan investor baru.
"Mengenai divestasi BSB kami lagi analisa juga, karena kan ada pemegang saham baru," tuturnya.
Nantinya penambahan modal tersebut antara lain akan digunakan untuk mempercepat laju kinerja perseroan sambil melakukan pengembangan digital untuk bersaing dengan industri teknologi finansial serta situasi ekonomi yang naik turun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News