Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAMBI. “Ya Allah mudahkanlah urusan kami, sehingga kami dapat membayar kewajiban tepat waktu.”
Penggalan doa tersebut terdengar di pagi hari dari salah satu rumah berwarna hijau di Dusun Pudak Kabupaten Muaro Jambi. Itu merupakan rumah Ketua Sentra Pudak 06 Fajar, Rinawati.
Sentra ini merupakan perkumpulan dari ibu-ibu yang sedang mendapatkan pembiayaan dari BTPN Syariah untuk modal usaha mereka.
Itu hanya sepenggal doa dari sepuluh ibu-ibu dalam sentra tersebut yang selalu dibacakan dan diresapi di awal dan akhir pertemuan.
Sebab, mereka berharap uang kewer-kewer yang menjadi istilah mereka sebagai uang tanggung renteng tidak keluar.
Istilah kewer-kewer itu datang karena di saat anggota harus membayarkan cicilan anggota lainnya dilakukan dengan cara mengibas-ngibaskan uang.
Ya, jika salah satu anggota sentra ada yang menunggak cicilan maka anggota lain akan ikut menanggungnya.
Rinawati berkisah, sebagai ketua sentra dia memiliki grup whatsapp yang salah satu fungsinya mengingatkan untuk membayar cicilan.
“Selama 7 tahun, uang kewer-kewernya tidak terpakai,” ceritanya.
Baca Juga: Bank BTPN Catat Laba Rp 3,10 Triliun di Sepanjang 2022
Pembayaran ini dilakukan setiap dua minggu sekali, bertepatan dengan pertemuan sentra sekaligus pembinaan.
Rinawati sendiri sudah mendapatkan pembiayaan hingga Rp 30 juta. Adapun cicilan setiap pertemuannya sebesar Rp 1,17 juta.
“Kami itu suruh jemput ke rumah orang itu kalau nunggak,” ujar salah satu anggota sentra, Novi.
Bagi Rina, Novi dan anggota lainnya, pembayaran cicilan diupayakan tidak menunggak agar mereka menjadi sentra yang sehat dan bisa mendapatkan program tambahan.
Misalnya, Novi yang merupakan penjual kue ini mendapatkan program beasiswa kuliah untuk anaknya. “Sudah semester 6 sekarang,” tambahnya.
Sistem tanggung renteng memang menjadi salah satu jurus jitu untuk nasabah ultra mikro. Sebab, aktivitas ini seperti sistem arisan yang sudah biasa dilakukan.
Dengan adanya sistem tersebut, Rinawati pun akhirnya juga tidak asal memilih anggota. Ia memilih anggota yang benar-benar mau menjalankan usaha.
Memang, hal itu tercermin dari usaha para anggota yang besaran pinjamannya juga sudah meningkat dari awalnya hanya Rp 2 juta.
Contoh, Nurmaini yang saat ini ternak kambing dengan memanfaatkan lahan yang dimiliki. Saat ini pinjamannya senilai Rp 10 juta.
Ia bercerita, dulunya hanya usaha toko biasa namun melihat peluang usaha lain, ia akhirnya memilih untuk ternak kambing yang kini jumlahnya sudah belasan.
Sentra yang diketuai oleh Rinawati ini memang contoh sentra yang tidak pernah nunggak. Tapi, bukan berarti semua sentra seperti itu.
Tergolong masih aman, non perfoming loan pembiayaan BTPN Syariah di area Jambi berada di level 2%. Dengan jumlah pembiayaan yang sudah disalurkan per Februari 2023 mencapai Rp 120 miliar.
“Dramanya banyak kalau collection,” ujar Senior Business Manager BTPN Syariah Area Jambi Yulia Puspita Sari.
Meskipun banyak drama, Yulia mengungkapkan bahwa proses penagihan dilakukan tidak seperti nasabah dengan petugas bank namun menggunakan pendekatan lain.
Menurutnya, para community officer yang ada di lapangan melakukan penagihan dengan cara baik-baik menggunakan hati.
“Kalau nasabah marah, kito ini tetap senyum,” ujarnya.
Baca Juga: BTPN Syariah Incar Wilayah Sumatra untuk Tambah Nasabah Ultra Mikro di Tahun 2023
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News