Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Khomarul Hidayat
Direktur PT Bank Ina Perdana Tbk Daniel Budirahayu bilang, fakta bahwa ekonomi Indonesia tumbuh minus sudah diantisipasi oleh pasar. "Jadi bukan kejutan lagi. Bank sudah mempersiapkan diri untuk hal tersebut," ujarnya.
Dia pun menilai, perbankan pun sudah sejak awal tahun terus meningkatkan pencadangan. Terbukti dari NPL Bank Ina per Agustus 2020 yang masih rendah di level 1,7%.
Hanya saja, perlambatan ekonomi sudah dipastikan bakal tetap berdampak pada laba perbankan. Lantaran pendapatan bank terus turun akibat kredit yang seret dan operasional yang terbatas, sementara biaya yang dikeluarkan tidak berubah.
Walhasil, pada Mei 2020 lalu dengan memperhitungan kondisi ekonomi saat ini, Daniel menyebut, Bank Ina menargetkan laba hanya akan mencapai 30% dari target awal sebelum revisi.
Sementara itu, PT Bank Woori Saudara Tbk (BWS) masih menargetkan kredit bisa tumbuh di atas industri yakni sekitar 7,5%. "Pertumbuhan kami di atas industri, karena aset tidak besar," kata Direktur Business Support Bank Woori Sadhana Priatmadja.
Hanya saja, Sadhana mengatakan, karena ekonomi Indonesia akan masuk resesi, tentu target-target yang sebelumnya diajukan akan dianalisa ulang. Sementara untuk laba, Bank Woori masih optimistis bisa tumbuh positif.
Selanjutnya: Loyonya pertumbuhan kredit perbankan ikut menyeret penerimaan pajak
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News