Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III-2020 berada di rentang minus 2,8% hingga minus 1%. Sementara, sepanjang tahun 2020, ekonomi Indonesia diprediksi bakal minus 0,6% bahkan bisa hingga kontraksi 1,7%.
Secara teknikal ekonomi Indonesia bakal masuk ke jurang resesi. Proyeksi lesu ekonomi Indonesia itu sudah diperhitungkan bank. Malah, sejak pengajuan revisi rencana bisnis bank (RBB) bank-bank sudah mengubah target kinerja di 2020 ke level bawah.
Ambil contoh, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) yang sejak awal semester II 2020 sudah menyesuaikan pencapaian target tahun ini. Misalnya, aset diprediksi tumbuh di level 4%-5%. Kemudian, kredit dipatok naik 5%-6%. Lalu, Bank BTN pun menargetkan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh di kisaran 8%-9%.
Direktur Finance, Planning, and Treasury Bank BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan, target-target revisi tersebut sudah memperhitungkan asumsi pertumbuhan ekonomi yang terjadi seperti saat ini. "Revisi RBB memang hanya boleh satu kali, dan terakhir diserahkan (ke regulator) di akhir Juni," katanya kepada Kontan.co.id, Rabu (23/9).
Akan tetapi, Nixon juga tidak menampik perlambatan ekonomi bahkan potensi resesi akan sangat berdampak pada kinerja perbankan. Untuk itu, saat ini BTN sedang berupaya melakukan efisiensi agar setidaknya bisa mencapai target yang dipatok di pertengahan tahun.
Baca Juga: Apa itu resesi? Penjelasan, faktor penyebab, dan dampak dari resesi
Meski begitu, Nixon yakin, laba Bank BTN tahun ini masih akan tumbuh. Bukan karena tidak terpengaruh pandemi Covid-19, melainkan karena di tahun 2019 lalu laba Bank BTN memang turun 92% secara year on year (yoy) akibat pembentukan pencadangan dan pemenuhan PSAK 71. "Kalau laba di BTN pasti naik, agak beda kasus. Karena tahun lalu memang laba turun," imbuhnya.
Catatan saja, tahun ini Bank BTN menargetkan laba bersih bisa mencapai Rp 1,1 triliun sampai Rp 1,2 triliun.
PT Bank Mandiri Tbk pada pertengahan tahun lalu sudah merevisi target pertumbuhan kredit menjadi satu digit di tahun ini. Tentu, menurut Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rully Setiawan, revisi itu dengan mempertimbangkan perlambatan ekonomi sekaligus mengedepankan prinsip kehati-hatian.
Namun, khusus bank pelat merah seperti Bank Mandiri mendapat mandat khusus dari pemerintah lewat alokasi dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Bank berlogo pita emas ini mendapatkan dana sebesar Rp 10 triliun, dan menargetkan bisa menyalurkan ke kredit hingga Rp 30 triliun.
Hasilnya, per 17 September 2020 Bank Mandiri sudah mampu menyalurkan kredit ke sektor produktif lewat skema PEN sebesar Rp 36,8 triliun. "Pada tahun ini kami berharap penyaluran kredit Bank Mandiri masih bisa positif di kisaran low single digit," ujar Rully.
Baca Juga: Menkeu prediksi ekonomi Indonesia bisa minus hingga 2,8% di kuartal III
Direktur PT Bank Ina Perdana Tbk Daniel Budirahayu bilang, fakta bahwa ekonomi Indonesia tumbuh minus sudah diantisipasi oleh pasar. "Jadi bukan kejutan lagi. Bank sudah mempersiapkan diri untuk hal tersebut," ujarnya.
Dia pun menilai, perbankan pun sudah sejak awal tahun terus meningkatkan pencadangan. Terbukti dari NPL Bank Ina per Agustus 2020 yang masih rendah di level 1,7%.
Hanya saja, perlambatan ekonomi sudah dipastikan bakal tetap berdampak pada laba perbankan. Lantaran pendapatan bank terus turun akibat kredit yang seret dan operasional yang terbatas, sementara biaya yang dikeluarkan tidak berubah.
Walhasil, pada Mei 2020 lalu dengan memperhitungan kondisi ekonomi saat ini, Daniel menyebut, Bank Ina menargetkan laba hanya akan mencapai 30% dari target awal sebelum revisi.
Sementara itu, PT Bank Woori Saudara Tbk (BWS) masih menargetkan kredit bisa tumbuh di atas industri yakni sekitar 7,5%. "Pertumbuhan kami di atas industri, karena aset tidak besar," kata Direktur Business Support Bank Woori Sadhana Priatmadja.
Hanya saja, Sadhana mengatakan, karena ekonomi Indonesia akan masuk resesi, tentu target-target yang sebelumnya diajukan akan dianalisa ulang. Sementara untuk laba, Bank Woori masih optimistis bisa tumbuh positif.
Selanjutnya: Loyonya pertumbuhan kredit perbankan ikut menyeret penerimaan pajak
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News