kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.476.000   8.000   0,54%
  • USD/IDR 15.855   57,00   0,36%
  • IDX 7.134   -26,98   -0,38%
  • KOMPAS100 1.094   -0,62   -0,06%
  • LQ45 868   -3,96   -0,45%
  • ISSI 217   0,66   0,31%
  • IDX30 444   -2,90   -0,65%
  • IDXHIDIV20 536   -4,36   -0,81%
  • IDX80 126   -0,06   -0,05%
  • IDXV30 134   -2,14   -1,58%
  • IDXQ30 148   -1,23   -0,83%

Tekan Kredit Macet, Ini yang Dilakukan Pemain Fintech P2P Lending


Sabtu, 10 Februari 2024 / 18:13 WIB
Tekan Kredit Macet, Ini yang Dilakukan Pemain Fintech P2P Lending
ILUSTRASI. Sejumlah Pemain Fintech P2P Lending Rancang Strategi Tekan Kredit Macet di 2024


Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rasio kredit macet alias tingkat wanprestasi 90 hari (TWP90) di Industri fintech peer to peer (P2P) lending di Tanah Air rerata berada di bawah ambang batas ketentuan regulator. Namun, terdapat sejumlah daerah yang punya rasio ini di atas ketentuan.

Menilik data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi provinsi dengan rasio TWP90 tertinggi sebesar 5,80% per November 2023. Sementara itu, tingkat kredit macet rerata industri berada di level 2,81%.

OJK mencatat terdapat 137.555 penerima pinjaman aktif di provinsi NTB dengan outstanding pinjaman mencapai Rp 501,67 miliar hingga November 2023 lalu. Lantas bagaimana kondisi kredit macet di sejumlah penyelenggara pinjaman online (pinjol)?

PT Akseleran Keuangan Inklusif Indonesia (Akseleran) menyatakan bahwa rasio kredit macet perusahaan rendah di semua daerah. Saat ini TWP90 Akseleran ada di level 0,44% dan bakal terus dipertahankan tak lebih dari 1% sejak 2020.

Baca Juga: Indodana Gandeng Bank DBS Untuk Menjadi Lender Bagi Nasabahnya

Founder dan Group CEO Akseleran, Ivan Nikolas Tambunan mengatakan kunci mempertahankan TWP90 di level rendah yaitu ada pada asesmen pinjaman yang prudent dan tidak ada cara lainnya.

“Makanya di Akseleran kita buat prudence ini sebagai budaya. Apalagi produk pinjaman kami itu cashflow based lending product, yang tidak punya fixed asset sebagai jaminan. Sehingga penting sekali dilakukan asesmen pinjaman secara prudent,” ujarnya kepada KONTAN, Senin (5/1).

Ivan menjelaskan, dari asesmen pinjaman ini pihaknya memastikan kepastian dari cashflow calon debitur itu cukup atau memadai untuk bisa melakukan pembayaran pinjaman.

Pihaknya memastikan underlying pinjaman kepada calon debitur seperti invoice, kontrak hingga inventory-nya telah sesuai, selain itu memastikan calon debitur punya history pinjaman yang baik.

“Sehingga ini berhasil mempertahankan TWP90 kami yang rendah secara konsisten, bahkan dari zaman 2020 di masa Covid TWP90 kami rendah,” jelasnya.

Ivan menuturkan, Akseleran juga memiliki asuransi kredit sebagai lini pertahanan terakhir untuk melindungi pemberi pinjaman. Menurutnya, asuransi kredit ini melindungi 99% pokok pinjaman tertunggak.

“Jadi dari pinjaman yang akhirnya jadi NPL yang sudah tersaring melalui asesmen pinjaman yang prudent tadi kami bisa cover dengan asuransi kredit,” tandasnya.

Baca Juga: Maucash Menilai Penurunan Bunga Pinjaman Fintech Berdampak Positif ke Kinerja

PT Astra Welab Digital Arta atau Maucash menyatakan rasio kredit macet perusahaan tidak ada yang mencolok tinggi atau rendah. Disebutkan daerah-daerah yang menjadi tulang punggung penyaluran pinjaman Maucash relatif stabil.

“Maucash sendiri kami bilang cukup rata dan ideal karena memang saat ini kita menggunakan credit scoring yang sangat baik sampai hari ini dan tidak terjadi lonjakan signifikan di TWP 90 kita baik itu di satu wilayah maupun wilayah lain,” kata Direktur Marketing Maucash, Indra Suryawan.

Indra mengungkapkan, peminjam (borrower) Maucash memiliki rerata usia di bawah 25 tahun. Menurutnya, usia tersebut belum memiliki pemahaman yang baik untuk menjaga reputasi keuangan.

Indra menyebutkan, sebagai upaya mengatasi tingkat kredit macet pertama, pihaknya bakal meningkatkan performance dari kredit skoring agar lebih baik dengan memilih debitur lebih baik lagi.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek)

[X]
×