Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di saat biaya dana atau cost of fun mahal menjadi sorotan, industri perbankan kini berupaya untuk fokus pada mencari sumber pendanaan yang lebih murah. Di mana, itu berasal dari simpanan berbentuk tabungan maupun giro.
Meski demikian, hal tersebut tampaknya tak begitu mudah didapatkan. Mengingat, semua bank kini berlomba-lomba agar bisa menjaga likuiditasnya dengan mencari pendanaan yang lebih murah.
Kondisi yang tak mudah itu tercermin dari kinerja beberapa bank. Ambil contoh, PT Bank Rakyar Indonesia Tbk (BBRI) yang mencatat ada penurunan kontribusi dana murah (CASA) sekitar 287 basis poin (bps) secara tahunan (YoY) menjadi 61,66%.
Ini terjadi karena pertumbuhan deposito yang merupakan dana mahal di BRI lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan CASA. Simpanan deposito bisa tumbuh sekitar 21,95% YoY, sementara CASA hanya tumbuh 7,8% YoY.
Baca Juga: BI Rate Naik, Bunga Bank Siap Mekar
Namun, Direktur Utama BRI Sunarso tak begitu khawatir mengingat CASA yang dimiliki masih mendominasi portofolio simpanan atas Dana Pihak Ketiga (DPK) di BRI. Menurutnya, CASA yang tetap tumbuh ini tak lepas dari aspirasi BRI untuk melakukan transformasi liabilitas.
“Melalui penguatan basis pendanaan dengan fokus pada low-cost funding dari CASA yang lebih stabil dan berkelanjutan,” ujarnya.
Sementara itu, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) juga mencatatkan adanya penurunan kontribusi CASA terhadap total DPK. Namun, penurunannya masih terbilang mini yaitu sekitar 4 bps menjadi 81,5%.
EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F. Haryn melihat kondisi CASA ini masih terbilang stabil. Mengingat, jika dibandingkan pada posisi kuartal sebelumnya, rasio CASA milik BCA sekitar 81,1%.
Ia melihat stabilitas CASA yang dimiliki selaras dengan total volume transaksi BCA yang naik 20,8% YoY mencapai 8,3 miliar pada kuartal I-2024. Khusus di kanal digital, volume transaksi mobile banking dan internet banking BCA mencapai 7,2 miliar, naik 23,5% YoY.
Baca Juga: Likuiditas Semakin Ketat, Bank Terus Putar Otak Genjot DPK
“Kami berharap pertumbuhan DPK dan CASA tetap positif ke depan seiring naiknya volume transaksi serta perluasan basis nasabah secara konsisten,” ujarnya.
Oleh karenanya, ia bilang BCA akan terus melakukan investasi secara berkesinambungan untuk memperkuat ekosistem hybrid banking, dari kanal mobile dan internet banking, point of sales, kantor cabang, ATM, hingga contact center.
Tak jauh berbeda, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) juga mencatatkan kontribusi CASA yang dimiliki mengalami penurunan. Secara tahunan, kontribusinya turun sekitar 227 bps menjadi 49,9%.
Direktur Distribution and Institutional Funding Bahk Tabungan Negara, Jasmin menjelaskan alasan kontribusi CASA turun karena BTN telah mengeluarkan simpanan giro yang memiliki special rate. Di mana, giro dengan special rate itu menambah beban dana yang mahal.
“Giro-giro special rate kita buang dan sekarang gironya itu bukan special rate lagi sehingga nantinya CASA yang berbasis transaksi,” ujarnya.
Baca Juga: Bunga Deposito Mulai Melandai, Begini Prospek Bunga Kredit Perbankan
Meski biaya dana semakin mahal, Jasmin melihat BTN memiliki biaya dana yang lebih murah dibandingkan bank lainnya. Ia menjelaskan biaya bunga milik BTN saat ini naik sekitar 23% dan ia melihat bank lain ada yang sampai di atas 50%.