Reporter: Amanda Christabel | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Holding ultra mikro Badan Usaha Milik Negara (BUMN) antara PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Permodalan Nasional Madani, dan PT Pegadaian resmi terbentuk.
Menteri BUMN Erick Thohir mengharapkan, dengan penggabungan tiga perusahaan pelat merah tersebut dapat menurunkan suku bunga dasar kredit (SBDK) untuk usaha mikro kecil menengah (UMKM).
Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto mengatakan bahwa terkait penurunan suku bunga, BRI sebagai induk akan menyiapkan pendanaan bagi PNM dan Pegadaian, sehingga biaya dananya relatif lebih rendah dibandingkan sebelumnya.
Baca Juga: Bunga Ultra Mikro Turun di November
“Penurunan biaya dana tentu diharapkan akan berdampak terhadap credit cost masing-masing entitas, baik di Pegadaian maupun PNM,” ujar Aestika kepada Kontan.co.id, Selasa (14/9).
Aestika memaparkan bahwa menggarap segmen ultra mikro merupakan suatu tantangan bagi tiga perusahaan BUMN ini. Dirinya menjelaskan hal ini lantaran adanya operational risk dan operational cost yang tinggi.
“Agar credit cost lebih rendah tentu dua faktor tersebut harus dapat di-manage dengan baik. Strateginya yakni dengan melakukan kolaborasi dan digitalisasi,” tambahnya menjelaskan.
Mengacu pada SBDK yang berlaku per Maret 2021, suku bunga kredit mikro BRI adalah sebesar 14% dan suku bunga kredit kecil di BRI adalah sebesar 8,25%.
Pertumbuhan kredit UMKM di BRI masih positif hingga akhir Juni 2021, tercatat sebesar Rp 749,33 triliun yang meningkat jika dibandingkan periode Juni 2020 yang sebesar Rp 725,27 triliun atau secara year on year (yoy).
Angka tersebut membuat porsi kredit UMKM BRI naik menjadi 80,62% pada Juni 2021, apabila dibandingkan dengan periode Juni tahun lalu sebesar 78,58%.
Baca Juga: Pemerintah alihkan saham Pegadaian dan PNM ke BRI sebesar Rp 54,7 triliun
“Harapan kami secara umum dengan terbentuknya holding ultra mikro yakni memberikan economic value dan social value kepada seluruh stakeholders, terutama bagi pelaku UMKM dan ultra mikro. Dari sisi economic value, dengan adanya holding ini diharapkan dapat menciptakan ekosistem UMKM yang terintegrasi serta meningkatkan porsi pembiayaan UMKM dan UMi di Indonesia. Sementara itu dari sisi social value, dengan adanya Holding Ultra Mikro kami harapkan dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat,” pungkasnya.
Sekadar informasi, dengan pembentukan holding ultra mikro ini juga berdampak pada peningkatan aset. Seperti yang telah disampaikan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 22 Juli lalu, berdasarkan informasi keuangan konsolidasian performa perseroan tanggal 31 Maret 2021, pembentukan holding akan berdampak pada peningkatan total aset perseroan dari Rp 1.411 triliun menjadi Rp 1.515 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News