Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri perbankan di Indonesia gencar mengurangi jumlah kantor cabangnya. Hal ini seiring dengan beralihnya fokus perbankan pada teknologi dan inovasi digital.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah kantor bank umum di Indonesia per September 2024 ada sebanyak 23.935 unit. Jumlah ini susut 524 unit secara tahunan dibanding periode sama tahun sebelumnya yang mencapai 24.459 unit dan menyusut 37 unit dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Jika dikelompokkan berdasarkan bank, Bank Persero mencatatkan penyusutan unit paling banyak. Tercatat, per September 2024 jumlah kantor Bank Persero mencapai 12.221. Secara tahunan angka ini mengalami penyusutan 284 unit dari sebelumnya 12.505 unit pada September 2023.
Sementara Bank Pembangunan Daerah (BPD) mencatatkan jumlah kantor cabang menjadi 3.996 unit per September 2024, secara tahunan jumlah unit mengalami penyusutan 33 unit dari 4.029 per September 2023.
Baca Juga: Buka Tabungan Giro Bunga Spesial Beri Imbal Hasil Menarik di Tengah Ketidakpastian
Selanjutnya, bank swasta nasional mencatatkan penyusutan 203 unit menjadi 7.902 dari periode sama tahun sebelumnya 7699 unit.
Sejumlah perbankan seperti PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) juga mengakui mencatatkan penyusutan jaringan dari semula 1.798 unit pada September 2023 menjadi 1.780 unit pada September 2024. Itu artinya menyusut mencapai 18 unit.
Direktur Network and Services BNI Ronny Venir mengatakan, bila dibandingkan dengan 4 tahun sebelumnya jumlah Outlet BNI sudah jauh berkurang.
"Perubahan behaviour masyarakat yang serba digital, didorong adanya pandemi Covid-19 membatasi kegiatan tatap muka secara langsung menyebabkan masyarakat mengalihkan kegiatannya menggunakan media digital," kata Ronny kepada kontan.co.id, Jumat (3/1).
Melihat hal tersebut, BNI melakukan transformasi melalui implementasi 5 format baru Outlet BNI berbasis digital untuk menjawab kebutuhan Nasabah dalam bertransaksi perbankan yang aman, nyaman, mudah serta lebih ringkas.
Selain itu, mesin-mesin digital BNI juga turut dihadirkan, didukung super apps wondr by BNI yang diluncurkan pada Juli lalu bertepatan pada hari ulang tahun BNI untuk melengkapi kemudahan Nasabah dalam bertransaksi kapan saja dan dimana saja. BNI Direct juga dihadirkan khusus untuk Nasabah Non Perorangan dalam bertransaksi perbankan.
Ronny menyebut, saat ini proporsi jumlah transaksi yang dilakukan Nasabah melalui Outlet BNI sudah kurang dari 1%, selebihnya dilakukan melalui layanan e-channel BNI. Hal ini sejalan dengan transformasi channel yang dilakukan BNI.
Baca Juga: Lewat Penerapan Syariah Compliance, BSI Dukung Pemerintah Berantas Judi Online
Walau demikian, menurut Ronny, ke depan keberadaan Outlet masih dibutuhkan, Outlet menjadi sebuah faktor yang cukup penting untuk mempertahankan dan meningkatkan kepercayaan Nasabah. Keberadaan Outlet juga menjadi salah satu channel edukasi untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan masyarakat.
"Tentunya jumlah Outlet BNI akan terus di evaluasi dan dikaji baik dari sisi bisnis, operasional dan layanan serta kesiapan infrastruktur maupun indeks literasi keuangan masyarakat," ujarnya.
BNI juga memiliki BNI Agen46, layanan keuangan tanpa kantor (Branchless Banking), yang dapat menjangkau masyarakat lebih luas dan melayani transaksi perbankan sama dengan transaksi di Outlet BNI.
Ronny pun mengakui, digitalisasi akan berdampak pada efisiensi, percepatan proses, aman dan nyaman. Selain itu cost per transaction juga lebih murah. Di sisi lain, Ronny menyebut keberadaan petugas BNI yang sebelumnya bertugas di Outlet dapat dikembangkan untuk dialihkan ke Unit lain seperti Sales yang berdampak pada peningkatan produktivitas dan bisnis.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) juga mencatatkan penyusutan jumlah kantor sebanyak 161 unit secara year to date per September 2024 menjadi 7.594 unit dari tahun 2023 sebanyak 7.755 unit.
Direktur Utama BRI Sunarso pun mengungkapkan, bahwa layanan kantor cabang yang ditutup itu dialihkan kepada para agen BRILink yang tersebar di warung-warung.
"Transformasi BRI ini merupakan tahapan yang kedua, yang disebut BRIvolution 2.0. Karena BRI ingin menjadi the most valuable banking group in Southeast Asia and champion of financial inclusion, dan dalam fase ini, inklusi menjadi kunci," terang Sunarso.
Asal tahu saja, saat ini total BRILink Agents mencapai 1.022.186 agen di seluruh Indonesia meningkat 281,368 agen secara YtD per September 2024.
Menurutnya, masyarakat Indonesia belum sepenuhnya beralih ke digital. Masih lebih banyak yang menyukai layanan perbankan lewat agen. Bahkan menurutnya ke bank saja masih enggan, dan masih lebih senang melalui warung-warung yang sifatnya dekat dengan rumahnya.
"Agen BRILink ini persis seperti layanan kantor cabang BRI yang sesungguhnya, tapi dalam bentuk agen. Agen-agen tersebut bisa berupa warung, toko kelontong, dan lain sebagainya. Tujuannya adalah supaya menjangkau masyarakat lebih luas dengan tujuan meningkatkan inklusi keuangan tadi di wilayah-wilayah terutama yang tidak terjangkau oleh layanan bank secara formal," jelasnya Sunarso.
Berbeda dengan, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) atau BCA justru mengakui tak pernah menutup kantor cabangnya di seluruh Indonesia. Di tengah banyaknya penutupan kantor cabang bank, BCA malahan menambah jumlah kantor cabang setiap tahunnya.
Adapun rata-rata peningkatan kantor cabang BCA mencapai 15 hingga 20 lokasi, baik cabang pembantu maupun cabang utama.
Per September 2024, BCA memiliki 1.257 kantor cabang dan 19.439 ATM. Jumlah kantor cabang BCA terhitung bertambah secara tahunan. BCA telah melayani lebih dari 40 juta rekening nasabah dan memproses sekitar 97 juta transaksi setiap hari.
“Justru kami malah tambah cabang setiap tahun, rata-rata 15-20 lokasi. Bisa cabang pembantu, cabang utama, rata-rata cabang pembantu untuk awalnya atau kantor kas,” jelas Hera F. Haryn, EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA.
Alasan di balik penambahan jumlah kantor cabang disebut Hera dikarenakan pertumbuhan ekonomi di setiap daerah yang terus berkembang. Sehingga, aktivitas ekonomi juga akan semakin bertambah, khususnya pada layanan perbankan.
Menurut Hera, aktivitas nasabah untuk bertransaksi dalam jumlah besar seperti setor tunai hingga pengajuan kredit juga masih mengharuskan dilakukan di kantor cabang dan tidak bisa dilakukan secara digital.
Di sisi lain, BCA secara konsisten mengusung konsep hybrid banking untuk memberikan layanan holistik yang berkualitas dan mudah dijangkau bagi seluruh nasabah.
Menurut Hera, transformasi kantor cabang digital dan pengembangan karyawan yang lebih berfokus pada peningkatan hubungan (relationship) dengan nasabah, akan menjadi dua pilar utama dalam pengembangan layanan BCA di kantor cabang.
"BCA senantiasa melakukan investasi berkesinambungan untuk memperkuat ekosistem hybrid banking, dari kanal mobile dan internet banking, point of sales, kantor cabang, ATM, hingga contact center," imbuhnya.
Adapun Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menilai, pengurangan kantor cabang tujuannya adalah untuk efisiensi operasional.
“Ketika hitung-hitungan bank, kantor cabang tersebut kurang efisien bagi bisnis maka akan dipangkas terutama dengan masuknya digitalisasi sehingga layanan bank bisa diganti dengan digitalisasi,” katanya.
Trioksa menyebut, tren ke depannya jumlah kantor cabang diprediksi akan semakin berkurang terutama bila semakin banyak layanan operasional bank dapat digantikan dengan digitalisasi.
Baca Juga: Cadangan Devisa Diperkirakan Meningkat Hingga US$ 151 Miliar pada Desember 2024
Selanjutnya: Harga CPO Masih Tinggi, Begini Prospek Kinerja Emiten Sawit di Tahun 2025
Menarik Dibaca: 5 Minuman untuk Daya Tahan Tubuh Lebih Kuat, Biar Tidak Gampang Sakit!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News