Due diligence merupakan prosedur yang wajar ditempuh perusahaan yang hendak melakukan mengakuisisi terhadap perusahaan lain. Lewat proses ini, calon pembeli bisa membedah tuntas isi perut perusahaan yang hendak dibeli, lalu menaksir nilainya yang wajar. Due dilligence ini juga bermanfaat untuk menentukan skema yang tepat bagi BRI ketika pengakuisisian Bukopin nanti: melalui penawaran saham terbatas (rights issue) atau pembelian langsung saham mayoritas Bukopin.
Meski tak ada lagi aral yang melintangi jalan rencana akuisisi tersebut, sejauh ini BRI belum memastikan jadwal due diligence hendak mereka lakukan. "Tapi, kami lihat dulu tahun ini,” ujar Direktur Keuangan dan Internasional BRI Ahmad Baiquni di Jakarta, Senin (4/10). Harap maklum, hingga kini dua manajemen bank tersebut memang belum bertemu untuk membicarakan rencana ini. "Kami baru menyatakan niat untuk akuisisi," sambungnya.
Untuk mengakuisisi Bukopin, BRI sudah menyiapkan dana dari kas internal dari laba yang ditahan. Andaikata nanti dana itu masih kurang, manajemen BRI mempertimbangkan kemungkinan pendanaan dari sumber lain, misalnya penerbitan obligasi subordinasi. "Manajemen perlu menghitung kembali kebutuhan tersebut," kata dia.
Walau kabar ini kian hangat, besar kemungkinan pelaksanaan akuisisi Bukopin oleh BRI baru akan berlangsung tahun 2011 nanti. Kini BRI masih harus berkonsentrasi menuntaskan akuisisi Bank Agroniaga. Biarpun tandatangan jual beli saham Agroniaga sudah berlangsung Agustus lalu , hajatan ini belum usai. "Masih ada tahapan selanjutnya, seperti minta izin penyertaan modal kepada Bank Indonesia. Karena itu BRI baru tahun depan," papar Baiquni.