Reporter: Dessy Rosalina, Nina Dwiantika | Editor: Roy Franedya
JAKARTA. Selain sumringah melihat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mengukir rekor, wajah investor cerah karena emiten perbankan mulai mengumumkan pembagian dividen. Lihat saja trio bank BUMN: Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank BNI dan Bank Tabungan BTN siap membagikan dividen sebesar Rp 8,07 triliun.
Komposisinya, BRI membagikan Rp 5,56 triliun, BNI Rp 2,1 triliun dan BTN Rp 409 miliar. Porsi dividen ketiga bank ini mencapai 30% dari laba bersih. Angka ini lebih tinggi ketimbang tahun sebelumnya yang hanya antara 20%-25% dari laba bersih.
Satu bank BUMN lagi, Bank Mandiri baru mengumumkan porsi dividen pada 2 April mendatang. Dividen yield ketiga bank tersebut antara 1,7% - 3,77% (Harian KONTAN, 1 Maret 2013).
Yang paling merasakan manisnya laba bank pelat merah tentu saja pemerintah. Dari total dividen yang dibagikan, sebesar 60% atau setara Rp 4,84 triliun akan masuk ke brankas pemerintah. Maklum dividen BUMN masih menjadi salah satu sumber pendanaan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).
Direktur Utama BRI, Sofyan Basir, mengatakan tahun ini bank BUMN membagikan dividen lebih besar ketimbang tahun sebelumnya. Pemerintah memprediksi, bisnis sektor agribisnis, komoditas dan pertambangan lesu. "Sektor jasa keuangan yang tahun lalu memperoleh kinerja keuangan bagus dimintakan setoran lebih besar," ujarnya.
Direktur Utama Bank BNI, Gatot M. Suwondo mengatakan pembagian deviden merupakan hak pemegang saham. "Tahun lalu kinerja keuangan kami cukup bagus, jadi tidak masalah bila memberi sedikit lebih besar ke pemegang saham. Sisa laba bersih masih cukup untuk memperkuat permodalan tahun ini," tambahnya, Kamis (28/3).
Sementara, investor yang mengempit saham bank swasta bernasib berbeda. Beberapa bank tidak akan jor-joran membagi dividen. Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA), Jahja Setiaatmadja, memastikan dalam rapat pemegang saham (RUPS) tahunan rasio final dividen hanya 20% - 25% dari laba tahun 2012. Angka ini menyusut dibandingkan beberapa tahun sebelumnya, rasio dividen mencapai 26% -27%.
Menurut Jahja, selama beberapa tahun tren dividen BCA menurun untuk memperbesar laba ditahan. "BCA ingin mempunyai modal kuat guna menghadapi pasar bebas di tahun 2015," ujar Jahja. Di sepanjang 2012 lalu bank milik Djarum ini membukukan laba bersih Rp 11,7 triliun atau naik tipis 8,3% dibandingkan tahun sebelumnya.
Bank CIMB Niaga juga memlih tidak membagikan dividen, walaupun tahun lalu labanya melesat 33% menjadi Rp 4,23 triliun. Dalam RUPST, Kamis (28/3), seluruh laba bersih akan masuk laba ditahan untuk memperkuat modal untuk membiayai kegiatan usaha CIMB Niaga.
Presiden Direktur CIMB Niaga, Arwin Rasyid, mengatakan laba ditahan akan menjadi modal agar CIMB Niaga mempunyai pijakan permodalan kuat untuk bertumbuh di tahun mendatang.
Dektur Ritel Bank Mega, Kostaman Thayib, mengatakan, tahun ini Bank Mega bakal membagi dividen dari laba bersih Rp 1,4 triliun. Namun, rasio dividen masih dalam pembahasan direksi. "Kami akan memutuskan rasio dividen pada RUPS di 17 April nanti," kata Kostaman. Meski masih digodok, maksimal laba bersih yang dibagikan ke pemegang saham sekitar Rp 684,5 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News