Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Fasilitas kredit sindikasi tersebut dimanfaatkan untuk pengembangan tambang yang dioperasikan JRN dan anak perusahaannya. Dalam pembiayaan tersebut, BNI berperan sebagai mandated lead arrangers and bookrunners (MLAB).
Hingga akhir tahun 2019, ini BNI menarget dapat melakukan closing kredit sindikasi sebesar Rp 79 triliun dengan pipeline partisipasi BNI sekitar Rp 27 triliun. "Closing sindikasi yang diharapkan semester II terdiri dari proyek smelter senilai Rp 7 triliun, pembangkit listrik Rp 48 triliun, infrastruktur tol Rp 21,4 triliun dan industri manufaktur Rp 2,38 triliun," ungkap Pemimpin Unit Bisnis Sindikasi BNI Rommel TP Sitompul dalam keterangan, Jumat (13/9) malam.
Baca Juga: BNI dan Shinhan Bank salurkan kredit sindikasi pertambangan senilai US$ 231 juta
Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rohan Hafas menuturkan, sampai Agustus 2019 pihaknya telah ikut berpartisipasi dalam kurang lebih 18 deal sindikasi. Pembiayaan tersebut terbagi dari debitur dalam negeri maupun luar negeri. "Umumnya Bank Mandiri selalu menjadi mandated lead arranger (MLA) dalam proyek sindikasi yang kami ikuti," ungkap Rohan dalam keterangan tertulis, Minggu (15/9).
Bank berlogo pita emas ini menambahkan secara tahunan atau year on year (yoy) kredit sindikasi Bank Mandiri baru tumbuh tipis sebesar 6% per Agustus 2019. Pertumbuhan yang relatif tipis ini menurut Rohan dikarenakan tren perlambatan di pasar kredit sindikasi, terutama di awal tahun 2019.
Adapun, berdasarkan sektor kreditnya menurut catatan Bank Mandiri mayoritas masih berasal dari sektor jalan tol dan pembangunan infrastruktur energi. "Kami menjadikan pembangunan infrastruktur sebagai fokus dari Bank Mandiri untuk saat ini," sambungnya.
Baca Juga: Gara-gara diajukan PKPU, Duniatex batal bertemu dengan para kreditur
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News