Reporter: Nadya Zahira | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - YOGYAKARTA. Ketahanan pangan saat ini menjadi salah satu isu strategis yang sedang diprioritaskan pemerintah dalam pembangunan nasional. Terkait hal ini, Bank Indonesa turut berpartisipasi dengan menciptakan Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) yang difokuskan untuk menyalurkan bantuan bagi ketahanan pangan nasional, termasuk peran dari kelompok petani.
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sidomulyo, Godean, Sleman menjadi salah satu kelompok tani yang merasakan dampak positif dari adanya bantuan program PBSI tersebut.
Kepala Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LPDM), yang juga menjabat sebagai Manajer Pemasaran Gapoktan Sidomulyo, R. Bangun menyebutkan sejumlah bantuan dari Bank Indonesia (BI) untuk membantu petani dalam meningkatkan produktivitas dan efisiensi diantaranya yaitu, pengadaan infrastruktur dan teknologi pertanian modern, seperti membuat jaringan irigrasi, hingga mesin tanam atau transplanter.
Baca Juga: BI Sebut Daya Beli Masyarakat Masih Aman pada Awal 2025, Inflasi Inti Capai 2,36%
“BI juga membantu kami untuk memasang listrik yang lebih besar, karena dulunya kami pakai solar. Kemudian, BI juga memberikan kami drone hingga mesin otomatisasi, dan tentunya ini pengaruhnya besar sekali,” kata Bangun saat ditemui di Gudang Gapoktan Sidomulyo, di Yogyakarta, Kamis (20/2).
Bangun mengatakan bahwa Gapoktan Sidomulyo juga menciptakan program koperasi beras untuk ketahanan pangan desa sejak 2010. Adapun program ini, mewajibkan para petani atau anggotanya yang memiliki garapan lahan minimal 500 meter persegi, untuk menabung sebanyak 5 kilogram (kg) gabah setiap panen.
Dia menerangka bahwa program koperasi ini memungkinkan para petani untuk menyimpan gabah mereka sebagai cadangan pangan, yang bisa dipinjam hingga 100 kilogram per orang saat membutuhkan. Misalnya, saat mereka menghadapi musim paceklik atau ada keperluan mendesak seperti hajatan.
Bangun menuturkan bahwa program koperasi ini memang bertujuan untuk membantu masyarakat tanpa menggunakan sistem perbankan atau keuangan konvensional.
“Jadi setelah 3 atau 4 bulan mereka panen lagi, nanti yang 100 kg dipinjamnya itu, harus dikembalikan sebanyak 105 kg. 5 kg itu kontribusinya. Kita enggak bilang bunga. Karena kita tidak pernah diuangkan, hanya natura semua, pokoknya gabah kembali gabah, beras kembali ke beras, sehingga terjadi penambahan stok beras,” jelasnya.
Bangun menuturkan, dengan program koperasi beras ini, berhasil mendorong ketahanan pangan di daerahnya. Ia menyebutkan, per Januari 2025, Gapoktan Sidomulyo mempunyai cadangan pangan mencapai sebesar 9,75 ton beras.
Baca Juga: Kementan Gandeng TNI Awasi Pembelian Gabah Petani Rp 6.500/kg
"Cadangan beras ini juga bisa dipakai untuk membantu desa-desa lainnya ketika terjadi musibah. Misalnya, waktu Covid-19, kami mengeluarkan beras sebanyak 3 ton. Kemudian, kalau ada hajatan pemerintah Desa itu kami juga bisa keluarkan beras dari hasil cadangan," ungkapnya.
Lebih lanjut, Bangun menjelaskan bahwa program ketahanan pangan ini modalnya dibantu oleh KUR BNI sebesar Rp 1 miliar, KUR BRI Rp 1,2 miliar, iuran swadaya sebesar Rp 48 juta, BKAD/uPM Sleman Rp 450 juta, dan LDPM sebesar Rp 365 juta.
Bangun juga menyebutkan bahwa anggota Gapoktan Sidomulyo juga mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan beras. Di mana, setiap bulannya total keuntungan tersebut mencapai hingga Rp 100 juta.
Selanjutnya: Cara Mengajukan Pinjaman Non KUR Bank Mandiri 2025, Syarat, Link Daftar, dan Simulasi
Menarik Dibaca: Hujan Guyur Kota Jogja dan Sekitarnya Mulai Pukul 1 siang
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News