kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Tingkatkan kredit, OJK minta bank berfokus pada core business


Kamis, 07 November 2019 / 20:34 WIB
Tingkatkan kredit, OJK minta bank berfokus pada core business
ILUSTRASI. Nasabah melakukan transaksi di Bank Mandiri Jakarta, Kamis (12/9). OJK meminta perbankan fokus menyalurkan kredit ke segmen andalannya untuk meningkatkan pertumbuhan kredit./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/12/09/2019.


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta industri perbankan untuk fokus menyalurkan kredit ke segmen andalannya selain guna meningkatkan pertumbuhan kredit nasional, langkah ini juga berfaedah agar tak bikin rasio kredit macet makin besar.

“Tentu kita akan arahkan sektor apa dimana bank punya kapasitas untuk terus tumbuh, jangan gebyah-uyah, semuanya harus tumbuh nanti malah jadi NPL (non performing loan),” kata kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan Heru Kristiyana, Rabu (6/11) di Jakarta.

Hingga akhir tahun, Heru masih optimistis pertumbuhan kredit perbankan nasional bisa mencapai 10%. Sementara per September 2019, dari catatan Bank Indonesia pertumbuhan kredit tumbuh 8,0% (yoy) dengan nilai Rp 5.548,1 triliun.

Baca Juga: Saldo uang elektronik bank menyusut Rp 200 miliar dalam sebulan, ada apa?

Selain soal pertumbuhan kredit, Heru juga mendorong bank agar terus meningkatkan kualitas kreditnya. Per September ia bilang, rasio NPL Gross tercatat sebesar 2,6%, sedangkan NPL Nett sebesar 1,1%.

“Kami juga berharap bank memperhatikan kualitas kredit rendah. Agar yang berada di kolektibilitas 2 bisa ditingkatkan menjadi kolektibilitas 1, sementara kolektabilitas 1 bisa menjadi lancar,” sambungnya.

Terkait hal tersebut, sejumlah bank mengaku telah menentukan pertumbuhan segmen kredit tertentu sebagai strategi pertumbuhannya. Direktur Bisnis Konsumer PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI, anggota indeks Kompas100) Anggoro Eko Cahyo misalnya menyatakan pihaknya bakal mendorong segmen konsumer dan mikro guna menopang pertumbuhan kredit perseroan.

Strategi ini dilakukan meskipun, komposisi terbesar kredit perseroan berasal dari segmen korporasi, segmen konsumer dan mikro disebut Anggoro punya yield yang lebih tinggi.

“Portofolio dengan yield yang masih besar ada di konsumer dan small. Secara gradual kami juga akan menggeser portofolio ke segmen konsumer dan small. Porsi korporasi dari sebelumnya 55% menjadi 50%,” katanya dalam kesempatan yang sama.

Baca Juga: Butuh dana Rp 32,89 triliun, begini skema penyelamatan Jiwasraya

Per September, yield segmen konsumer dan mikro perseroan memang jadi yang paling tinggi masing-masing 10,9% dan 11,6%. nilai tersebut juga berada di atas rata-rata yield kredit perseroan di level 9,3%. Sementara yield segmen korporasi berada di bawahnya sebesar 9,0%.

Sementara total kredit bank berlogo angka 46 ini tercatat sebesar Rp 558,67 triliun dengan pertumbuhan 14,7% (yoy). Segmen konsumer sendiri berkontribusi senilai 83,64 triliun dengan pertumbuhan 8,6% (yoy) segmen mikro Rp 75.01 triliun dengan pertumbuhan 19,2% (yoy), segmen korporasi Rp 291,77 triliun dengan pertumbuhan 18,1% (yoy), Kemudian di segmen menengah Rp 74,88 triliun dengan pertumbuhan 3,8% (yoy).

“Di segmen konsumer kami bakal mendorong kredit payroll, dan KPR. Sementara soal NPL, di segmen konsumer memang lebih besar di banding korporasi, namun kami akan terus menyempurnakan proses credit scoring dan kecepatan proses lewat digitalisasi. Target kami NPL konsumer bisa dijaga di level 2%,” lanjutnya.

Dengan yield yang tinggi, segmen konsumer dan mikro diharapkan bisa meningkatkan profitabilitas perseroan. Maklum, per September 2019, laba bersih BNI cuma tumbuh 4,7% (yoy) senilai Rp 11,97 triliun. Hingga akhir tahun perseroan masih optimistis bisa meraih pertumbuhan laba bersih hingga 8% (yoy) ditambah pertumbuhan kredit total sebesar 13% (yoy).

Strategi serupa juga bakal dilakukan oleh PT Bank Mandiri Tbk (BMRI, anggota indeks Kompas100). Segmen konsumer dan mikro bakal bantu menopang segmen korporasi sebagai dorongan pertumbuhan kredit perseroan.

“Segmen korporasi, konsumer, dan mikro bakal menjadi penopang pertumbuhan. Selain itu, kami juga berharap kontribusi anak usaha syariah, dan Bank Mantap diharapkan mampu mendorong pertumbuhan kredit hingga akhir tahun,” kata Direktur Bisnis dan Jaringan Bank Mandiri Hery Gunardi kepada Kontan.co.id, Kamis (7/11).

Per September 2019, bank berlogo pita emas ini sendiri mencatat pertumbuhan kredit 10,2% (yoy) menjadi Rp 697,4 triliun. Segmen mikro menjadi penopang dengan pertumbuhan 22,5% (yoy) senilai Rp 108,5 triliun, sementara segmen korporat tumbuh 16,6% (yoy) senilai Rp 316,3 triliun, sedangkan segmen konsumer tumbuh 7,3% (yoy) senilai Rp 86,1 triliun.

Baca Juga: Dorong DPK, Bank BTN merelokasi kanwil Jawa Timur

Dari catatan kinerja tersebut perseroan berhasil meraih laba bersih Rp 20,25 triliun dengan pertumbuhan 11,9% (yoy). Nilai tersebut juga tercatat disumbang dari sejumlah entitas anak perseroan yang berhasil meraih laba Rp 2,4 triliun atau setara 11,8% dari total laba. “Sesuai guidance, target pertumbuhan kami hingga akhir tahun sekitar 8,5% hingga 10%,” lanjut Hery.

Adapula Presiden Direktur PT Bank Mayapada Tbk (MAYA) Hariyono Tjahrijadi mengaku pihaknya tak memasang strategi khusus untuk mendorong pertumbuhan kredit. “Kami tidak ada strategi khusus, namun akan terus menaga pencapaian saat ini agar sesuai dengan RBB (rencana bisnis bank) dan rasio sebagaimana ditentukan regulator. Hingga akhir tahun kami menargetkan pertumbuhan kredit 9%-10%,” katanya kepada Kontan.co.id.

Per September 2019, kredit perseroan tercatat tumbuh 8,63% (yoy) menjadi Rp 68,56 triliun. Sedangkan laba bersih perseroan tumbuh tercatat merosot 5,87% (yoy) menjadi Rp 712,55 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×