kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Tingkatkan Kualitas Aset, NPL Perbankan Makin Turun di September 2022


Senin, 31 Oktober 2022 / 05:10 WIB
Tingkatkan Kualitas Aset, NPL Perbankan Makin Turun di September 2022


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan pertumbuhan kredit perbankan hingga dobel digit memperbaiki kualitas aset bank. Bank Indonesia (BI) mencatatkan non performing loan (NPL) gross perbankan turun dari 3,35% di Agustus 2021 menjadi 2,88% di Agustus 2022. 

Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan dengan adanya peraturan restrukturisasi kredit terdampak Covid-19, NPL perbankan jadi semakin rendah. Dia melihat, perbankan juga telah memupuk pencadangan yang memadai dalam memitigasi risiko kredit. 

Lanjutnya, dengan pencadangan ini NPL net perbankan cukup rendah di level 0,79% di Agustus 2022. Lebih rendah dari posisi yang sama tahun lalu sebesar 1,08%. 

Perry melihat dengan rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) industri perbankan mencapai 25,12% per Agustus 2022 cukup untuk menanggung risiko kredit. Oleh sebab itu, dia melihat ketahanan sistem keuangan khususnya perbankan cukup kuat. 

Baca Juga: Sepakat Ekonomi 2023 Menantang, Bankir Kompak Bisnis Tahun Depan Tetap Tumbuh

Direktur Utama Bank Jatim Busrul Iman menyatakan NPL gross berhasil ditekan dari 4,40% di September 2022 menjadi 3,72% di September 2022. Kendati demikian, ia menilai rasio ini masih cukup tinggi, sehingga Bank Jatim akan terus meningkatkan kualitas kredit di tahun depan. 

“NPL ini masih relatif tinggi, tapi sudah melandai dalam tiga bulan terakhir. NPL ini datang dari sektor produktif terutama sektor komersial. Kami terus kaji upaya penurunannya, baik melakukan untuk penagihan, recovery, termasuk restrukturisasi,” ujar Busrul pekan lalu. 

Presiden Direktur Bank CIMB Niaga Lani Darmawan menyatakan NPL berada di level 3,6% per September 2022. Paling banyak datang dari sektor non ritel yang terdampak Covid-19.

“Harus kita sadari, tidak semua nasabah yang diberikan restrukturisasi Covid-19 bisa keluar. Ada juga yang bisnis yang belum balik normal lagi, sampai stimulus itu berakhir,” papar Lani. 

Baca Juga: Kinerja Emiten Bank Lapis Dua Bertumbuh di Kuartal III 2022

Adapun Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini menyatakan non performing loan (NPL) BNI tren terus membaik dari 3,8% di September 2021 menjadi 3,0% di sembilan bulan pertama 2022. Ia berharap NPL ini akan terus membaik hingga bisa ditekan ke level di kisaran 2,5%. 

“Ini akan ada implikasi efisiensi dari sisi biaya kredit maupun biaya dana. Ini sudah termasuk memperhitungkan bila stimulus OJK diberhentikan di tahun depan," kata Novita pada pekan lalu.

Agar bisa mencapai target itu, BNI akan fokus menyalurkan kredit ke segmen top tier debitur, atau regional champion dengan segmen industri yang prospektif. Diikuti dengan kebijakan manajemen risiko yang prudent.

Baca Juga: Penurunan Biaya Dana Ikut Mendorong Kinerja Bank BTN (BBTN)

Bank Mandiri berhasil menekan NPL bank only ke level 2,3% per September 2022. Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi menyatakan posisi tersebut jauh lebih baik jika dibandingkan periode September 2021 yang sempat menyentuh 3,1%. Atau telah turun sebesar 80 basis poin (bps). Dalam menjaga kualitas aset, Bank Mandiri juga telah membentuk pencadangan yang memadai. 

“Sampai dengan kuartal III 2022 kami telah menyiapkan pencadangan yang cukup, dengan NPL coverage ratio mencapai 292%, meningkat dari posisi kuartal III tahun sebelumnya yang sebesar 247%,” tuturnya pekan lalu. 

Adapun, sampai dengan akhir September 2022, posisi restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 Bank Mandiri makin melandai menjadi Rp 45,6 triliun. Jumlah ini sudah jauh lebih rendah dari September 2021 yang sempat mencapai Rp 90,1 triliun, atau menurun 49,38% secara YoY.

Penurunan ini menurut Darmawan, didorong oleh pelunasan dan pembayaran cicilan debitur, dan bisnis para debitur yang sudah kembali normal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×