Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memprediksi volume transaksi dan frekuensi elektronik banking (e-banking) tahun ini akan mengalami peningkatan lebih tinggi dari tahun lalu.
Sebagai gambaran, tahun lalu volume penggunaan e-banking tumbuh 17,32% menjadi Rp 6.447 triliun. Sedangkan untuk frekuensi penggunaan e-banking meningkat 20,29% menjadi 5,7 miliar transaksi.
Jika dihitung, dengan kenaikan frekuensi penggunaan e-banking sebesar 25% atau naik dibandingkan dengan tahun lalu 20,29% maka potensi sampai akhir tahun bisa mencapai 7,1 miliar transaksi. Sedangkan jika volume penggunaan diprediksi sebesar 25% atau naik dari 17,32% maka sampai akhir tahun diprediksi akan mencapai Rp 8.058 triliun.
“Dengan inovasi industri perbankan ke depan, maka diprediksi volume transaksi akan mengalami kenaikan cukup signifikan,” ujar Irwan Lubis, Deputi Komisioner Pengawasan Perbankan OJK, Senin (14/9). Nah, seiring dengan kenaikan volume dan jumlah transaksi tersebut, fee based income perbankan juga akan mengalami kenaikan.
OJK berharap, bisnis elektronik banking ini tidak hanya dikuasai oleh bank BUKU IV, namun juga bank BUKU III. Saat ini ada 22 bank BUKU IV dan BUKU III yang menawarkan layanan ini. Namun menurut Irwan, hanya ada empat bank BUKU IV yang menguasai pasar transaksi e-banking.
Tahun lalu, dari total transaksi yang mencapai Rp 6.447 triliun, jumlah penyalahgunaan e-banking tercatat hanya Rp 37 miliar. OJK berharap, ke depannya perbankan bisa menekan lagi angka penyalahgunaan tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News