Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat perkembangan uang elektronik (E-Money) sejak pertama kali diperkenalkan tahun 2007 mengalami peningkatan setiap tahunnya.
"Volume transaksi E-Money per April sebesar 95.000 transaksi dengan nilai nominal Rp 1,9 miliar per hari," kata Direktur Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran Bank Indonesia, Ronald Waas, Kamis (23/6).
Ronald mengakui, penggunaan E-Money masih ketinggalan dibanding Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK), baik dari volume transaksi maupun nominal. Sampai dengan April, transaksi RTGS (real time gross settlement) mencapai 60.000 transaksi dengan nilai sebesar Rp 215 triliun per hari.
Ronald mengatakan BI akan mendorong masyarakat untuk mengurangi penggunaan uang tunai. Dengan berkurangnya penggunaan uang tunai, maka beban bank sentral melakukuan pencetakan uang akan berkurang. “Alat pembayaran tunai itu berat pada pencetakannya, jadi solusi alat pembayaran dengan menggunakan elektronik money (E-Money) harus disambut gembira,” kata Ronald. Ronald bilang meningkatnya teknologi akan mempermudah kehidupan masyarakat, seperti keamanan dan kenyamanan dalam bertransaksi.
Di sisi lain, Ronald mengaku, pihaknya tidak menjamin penggunaan transaksi elektronik seperti E-Money akan menghilangkan fraud di perbankan. Sebab, kejahatan selalu berkembang mengikuti teknologi. “Saya tidak berani menjamin tidak adanya fraud dengan E-Money, karena maling lebih jago. Saat kartu kredit kita ganti chip, fraud memang turun tapi beralih kepada kejahatan melalui internet,” tambahnya.
Tahun 2007 merupakan titik awal Indonesia menggunakan E-Money. Awal transaksi menyerap 400.000 instrumen kartu. Di tahun 2009 jumlah ini meningkat menjadi tiga juta kartu dan April 2011 sudah mencapai 10 juta kartu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News