Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Yudho Winarto
Memang guna menggenjot transaksi, Ovo menggandeng perusahaan lain yang cukup disegani di masing-masing bidang. Misalnya untuk e-commerce, Ovo menjadi dompet digital perusahaan unicorn Tokopedia. Untuk transportasi online Ovo juga bekerja sama dengan Grab yang juga menjadi decacorn di Kawasan Asia Tenggara.
Direktur Ovo Harianto Gunawan menyebutkan, tahun lalu, pengguna Ovo meningkat 400% dalam setahun. Sementara volume transaksi Ovo tumbuh 75 kali lipat di tahun 2017, atau sekitar satu miliar transaksi.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mengakui kehadiran uang elektronik berbasis server mulai mengerus bisnis perbankan. Walau masih sangat kecil, namun sudah mulai terasa.
Baca Juga: Mulai 1 Desember 2019 naik MRT Jakarta bisa pakai QR Code
Direktur Bisnis dan Jaringan Bank Mandiri Hery Gunardi menyatakan dengan adanya persaingan langsung dengan pemain uang elektronik berbasis server ini maka pendapatan non bunga atau fee based income bank terganggu.
“Apalagai fintech itu sudah bisa digunakan untuk payment. Misalnya bayar listrik dan pulsa. Dulu sebelum ada fintech ini, semuanya dilakukan lewat bank, sekarang mulai terbagi. Belum terlalu berdampak, masih di bawah 5% untuk bisnis pembayaran bank Mandiri untuk beli listrik atau pulsa ya,” jelas Hery.
Kendati demikian, bank pelat merah ini masih mampu meningkatkan transaksi digital. Berdasarkan laporan kinerja per September 2019, transaksi online Mandiri tumbuh 113% yoy dari Rp 242,9 triliun menjadi Rp 517,9 triliun.
Lewat transaksi ini, bank berlogo pita emas ini masih mampu meraup pendapatan komisi senilai Rp 443,4 miliar pada Sembilan bulan pertama 2019. Nilai ini tumbuh 156% yoy dibandingkan periode yang sama sebelumnya sebanyak Rp 173,5 miliar.
Baca Juga: BRI catat 62 juta transaksi mesin EDC hingga kuartal III 2019
Meski mulai ditantang oleh pemain fintech payment untuk transaksi pembayaran pulsa dan kawan-kawan, Hery bilang Bank Mandiri tidak akan melepaskan transaksi ini kepada para pelaku fintech payment.
Lantaran hal ini dikembalikan kepada nasabah. Ia percaya tidak semua nasabah perbankan menggunakan uang elektronik berbasis kartu masih ada yang menggunakan bank.
“Perkembangan fintech ini tidak bisa kita musuhi tapi kita jalin kerja sama. Misalnya kita kerja sama dengan PT Fintek Karya Nusantara (Finarya) atau link aja, nanti juga bagi-bagi fee juga. Selain itu, Mandiri lewat anak usaha modal ventura PT Mandiri Capital Indonesia akan fokus membesarkan LinkAja,” tutur Hery.
Memang BI telah membuat kebijakan agar perbankan tetap eksis walaupun fintech menyerbu dari segala arah. Apalagi regulator sudah memiliki visi Sistem Pembayaran Indonesia (SPI) 2025.
Baca Juga: Genjot pertumbuhan ekonomi, pemerintah terapkan survei inklusi keuangan
Lewat visi ini, BI ini mendorong kerja sama antara perbankan dengan fintech. Hal ini bertujuan agar ekonomi digital bisa mendukung pertumbuhan perekonomian nasional.