Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sampai dengan Februari 2018, Bank Indonesia (BI) jumlah uang elektronik beredar sudah mencapai 200,87 juta. Jumlah ini meningkat drastis bila dibandingkan dengan posisi yang sama tahun 2017 sebesar 106,65 juta.
Bila dihitung secara persentase, jumlah tersebut meningkat drastis mencapai 88,34%. Jumlah yang tinggi ini salah satunya ditopang oleh semakin banyaknya pemain bisnis uang elektronik di Indonesia.
Catatan BI, saat ini perusahaan yang sudah terdaftar sebagai penerbit uang elektronik mencapai 27 perusahaan. Adapun, 11 diantaranya berasal dari industri perbankan.
Kendati pemain bisnis uang elektronik semakin banyak, perbankan tak khawatir akan kehabisan kue uang elektronik. Alasannya, masih banyak hal-hal yang dapat dikembangkan untuk menggenjot transaksi ini.
SVP Transaction Banking and Retail Sales PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Thomas Wahyudi mengungkapkan, dalam penerapannya pihaknya terus mendorong penyediaan sarana dan prasarana terkait uang elektornik.
Salah satunya, melalui penyediaan kartu uang elektronik berbasis chip. Tak hanya itu, pekerjaan rumah lain seperti membangun sarana penggunaan yang lebih luas dan kemudahan top up uang elektronik pun menjadi fokus utama Bank Mandiri.
"Perkembangan uang elektronik masih tinggi, ini disebabkan permintaan dari masyarakat masih besar dan regulator juga terus mendorong less cash society," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (22/3).
Lagipula, Thomas menjelaskan populasi penduduk Indonesia yang masih belum mendapatkan akses uang elektronik juga masih cukup banyak. Artinya, potensi yang belum tergara pun masih banyak, ini pula yang membuat pemain uang elektronik semakin mempercepat terbentuknya masyarakat bertransaksi non tunai.
Gambaran saja, Bank Mandiri sampai dengan akhir Januari 2018 jumlah transaksi uang elektronik Bank Mandiri alias e-money sudah melebihi 120 juta transaksi. Dengan nominal transaksi melebihi Rp 1,3 triliun. "Kalau secara month on month, jumlah ini naik hampir 300% di Bank Mandiri," tuturnya.
Sementara secara umum, target pertumbuhan bisnis uang elektronik Bank Mandiri ini dipatok 30% sampai akhir tahun.
Senada, Direktur Teknologi Informasi dan Operasi PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) Dadang Setiabudi menyebut kalau sebenarnya uang elektronik pun masih punya pasar yang luas.
"Pangsa pasar uang elektronink di Indonesia sangat besar, terlihat dair masih besarnya transaksi menggunakan uang cash," ujarnya. Pun, dalam pencanangannya, bisnis uang elektronik ini juga menjadi jembatan bagi perbankan agar mendorong gerakan nasional non tunai.
Benar saja, di awal 2018 BNI sudah mencatat peningkatan transaksi menggunakan TapCash (uang elektronik BNI) sebanyak 5 kali lipat dibanding tahun 2017. Hal ini salah satunya ditunjang dengan implementasi program elektronifikasi pembayaran di ruas toll.
"Ke depannya pengembangan uang elektronik di BNI akan meliputi uang elektronik berbasis kartu dan berbasis server, meningat adanya perbedaan penggunaan dan karakteristik transaksi," tambah Dadang.
Sebagai informasi tambahan saja, BI mencatat jumlah transaksi menggunakan elektronik meningkat cukup tajam di awal tahun 2018. Sampai dengan akhir Februari, total transaksi sudah mencapai 402,57 juta transaksi.
Bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu, jumlah ini meningkat drastis sebanyak 244% dari sebesar 117 juta transaksi.
Pun secara nominal transaksinya, pertumbuhannya juga cukup drastis mencapai 365,98% dari Januari hingga Februari 2018 menjadi Rp 6,85 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News