kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Transfer uang lewat fintech lebih murah, bagaimana nasib bank?


Selasa, 12 November 2019 / 17:57 WIB
Transfer uang lewat fintech lebih murah, bagaimana nasib bank?
ILUSTRASI. Petugas teller menghitung uang di salah satu bank di Jakarta


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mau tidak mau, perbankan kini harus sudah siap bersaing dengan penyedia layanan keuangan di luar perbankan. Pesatnya perkembangan teknologi sedikit banyak membuat pasar perbankan di sistem pembayaran mulai tergerus.

Apalagi dengan hadirnya beragam dompet digital dan perusahaan teknologi finansial (tekfin/fintech) yang bisa mengurangi biaya sekaligus mempermudah transaksi antar bank. Asal tahu saja, tarif transfer antar bank saat ini Rp 6.500 per transaksi. Namun, dengan adanya tekfin berbasis aplikasi, nasabah kini bisa menghemat biaya transfer. Ambil contoh, dompet digital OVO mengenakan biaya pemindahan saldo ke rekening bank sebesar Rp 2.500 per akhir tahun 2019. Selain OVO, adapula dompet digital milik Go-Jek yaitu Go-Pay juga memiliki kebijakan yang sama.

Hal serupa juga dilakukan DANA yang membebankan biaya pemindahan saldo pada aplikasi sebesar Rp 4.500. Namun, DANA memberikan penarikan saldo bebas biaya administrasi sebanyak 10 kali setiap bulan. Sementara untuk dompet digital LinkAja, sampai saat ini masih menggratiskan biaya transfer saldo ke Bank BUMN yakni Bank Mandiri, BRI, BNI dan BTN dan untuk bank swasta tetap dikenakan biaya Rp 6.500 per transaksi.

Baca Juga: Transfer pakai Click CIMB, bisa kirim uang tanpa keluar rumah

Nah, bukan cuma dompet digital saja, nasabah kini bisa menikmati layanan transfer antarbank secara gratis dengan memanfaatkan aplikasi Flip. Flip berperan sebagai pihak ketiga alias perantara bagi para pengguna aplikasi untuk mentransfer uang antar bank secara gratis. 

Kini, Flip sudah melayani transfer dari dan kepada 12 bank di Indonesia secara gratis. Pun, kegiatan transfer dana Flip juga sudah terlisensi oleh Bank Indonesia (BI).

Dengan beragamnya pilihan tersebut, tentu saja perbankan akan kehilangan sebagian potensi fee based income (FBI) dan transaksi transfer. Namun, sejumlah bankir yang dihubungi Kontan.co.id mengaku tidak terlalu ambil pusing.

Sebabnya, layanan tersebut memang cepat atau lambat bakal terjadi di industri, dan seluruh nasabah bank pun berhak untuk memilih layanan keuangan sesuai kebutuhan masing-masing.

Senior Vice President (SVP) Transaction Banking and Retail Sales Bank Mandiri Thomas Wahyu menuturkan bahwa setiap industri mempunyai segmen yang berbeda. Perbankan dalam hal ini lebih diuntungkan dari sisi loyalitas nasabah dan keamanan. 

Jelas, bagi nasabah yang membutuhkan layanan transfer antarbank secara realtime, 24 jam dengan limit transaksi harian hingga Rp 100 juta maka transfer melalui bank menjadi jawabannya. "Transfer lewat bank, tujuan transfer lebih lengkap, tidak ada batasan bank selama tidak melebihi limit transaksi, jaminan keamanan transaksi pun lebih unggul," ujar Thomas, Senin (11/1).

Namun, bank berlogo pita emas ini tidak memungkiri bahwa ada nasabah yang tidak memerlukan transaksi secara realtime dengan dana yang relatif kecil. Memang, beberapa layanan transfer antar bank baik lewat Flip atau dompet digital tetap memiliki batasan transfer sekitar Rp 1 juta hingga Rp 5 juta tergantung aplikasi.

Lagi pula, dari sisi transaksi khususnya pada layanan e-channel Bank Mandiri, per Oktober 2019 transaksi tetap tumbuh khususnya pada layanan Mandiri Online. 
Catatan Thomas, hingga Oktober 2019 transaksi menggunakan aplikasi mandiri online masih tumbuh 72,3% secara yoy menjadi 310 juta transaksi. "Dari total transaksi itu, 48% merupakan transaksi transfer," terangnya.

Bank bersandi emiten BMRI ini menyebut bahwa pihaknya tetap akan meningkatkan layanan e-channel dengan menjaga reliabilitas aplikasi dan memperlengkap fitur serta biller sehingga transaksi apapun dapat dilakukan melalui aplikasi. 

Dengan demikian, berbagai layanan/aplikasi yang memungkinkan nasabah melakukan transfer dengan biaya admin yang lebih rendah tidak mempengaruhi traffic transaksi pada e-channel Bank Mandiri.

Selain itu, basis customer Bank Mandiri mencapai lebih dari 20 juta sehingga banyak juga transaksi sesama bank/pindah buku dibandingkan transaksi antar bank.

Baca Juga: Uang elektronik berbasis server mulai kenakan biaya admin untuk layanan tertentu

Irwan S. Tisnabudi, Head Digital Banking Bank BTPN juga menyatakan layanan transfer antarbank berbiaya murah cepat atau lambat bakal terjadi. Tentunya, Ia mengakui dari sisi biaya transfer bank akan lebih mahal lantaran biaya infrastruktur dan operasional yang diharuskan selalu aktif dan terus ekspansif.

"Bukan sesuatu yang harus dilawan, karena kami juga paham bahwa cepat atau lambat akan ada layanan seperti ini," ujarnya. 

Meski begitu, Bank BTPN lewat aplikasi tabungan digital yakni Jenius sebenarnya juga memberikan keringanan biaya transfer bagi pengguna.

Khusus nasabah dengan saldo minimal Rp 10 juta, pihak Bank BTPN memberikan gratis biaya transfer melalui aplikasi Jenius sebanyak 15 kali sampai 25 kali transaksi sebulan. Transfer antarbank dengan saldo di bawah Rp 1 juta hanya dikenakan biaya Rp 3.000 per transaksi.

Sebagai informasi saja, tabungan Jenius kini memiliki pengguna lebih dari 2 juta akun. Merujuk laporan keuangan BTPN, per September 2019 total dana tabungan di Jenius sudah mencapai Rp 2,33 triliun meningkat 130% secara year to date (ytd).

Sementara itu, salah satu bank transaksi terbesar di Tanah Air yakni PT Bank Central Asia Tbk (BCA) justru menyambut baik perusahaan teknologi finansial (tekfin) yang memberikan kemudahan transaksi bagi nasabah. "BCA welcome untuk transaksi yang small ticket size, karena memberikan efisiensi. Kami pun tidak perlu khawatir," ujar Direktur BCA Santoso Liem.

Ia menyebut, perbankan tidak perlu khawatir akan kehadiran tekfin tersebut lantaran justru memberi nilai tambah bagi bank. Menurutnya, perusahaan tekfin memang tengah mengumpulkan data untuk melihat loyalitas penggunanya. 

Meski tidak terlalu mengambil pusing, BCA menegaskan pihaknya tetap akan memantau perkembangan tekfin di Tanah Air. "Kami tidak saling mematikan, kami saling mendukung sebagai sebuah ekosistem," tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×