kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45932,69   4,34   0.47%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tren kenaikan bunga di perbankan belum usai


Senin, 17 Desember 2018 / 06:50 WIB
Tren kenaikan bunga di perbankan belum usai
ILUSTRASI. Layanan Nasabah Bank


Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren kenaikan bunga di bank belum usai. Salah satu penyebabnya, transmisi bunga acuan Bank Indonesia belum sepenuhnya diserap perbankan untuk bunga deposito dan kreditnya.

Sekadar mengingatkan, BI sudah menaikkan bunga acuannya 175 basis poin selama tahun ini. Tapi, tahun depan, bank sentral ini kemungkinan masih menaikkan bunga, mengingat pengetatan moneter masih akan dilakukan bank sentral AS Federal Reserve. 

Dengan tren kenaikan bunga, risiko margin bank berpotensi tergerus. Bank beralasan, pada tahap awal harus menaikkan bunga deposito dulu barulah beberapa bulan ke depan bisa menaikkan bunga kredit. Sementara itu, dengan kenaikan bunga deposito, berarti bank harus mengalokasikan biaya dana lebih tinggi.  

Hal ini bisa menggerus margin bank. Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Lee Youngjun dalam risetnya menyebut, dengan risiko kenaikan bunga ini akan menguntungkan bagi bank besar, "yang memiliki positive re-pricing gap, likuiditas tinggi, dan kualitas aset yang baik,” kata Lee Youngjun dalam risetnya.

Sedangkan bank menengah-kecil diproyeksi akan lebih terdampak dibandingkan bank besar. 

Direktur Utama Bank Dinar Indonesia, Hendra Lie mengakui kenaikan bunga akan menyebabkan biaya dana naik. “Namun dalam jangka tertentu ini akan menyebabkan revenue dari dana juga akan naik misalnya dari kredit dan penempatan antar bank,” kata Hendra kepada kontan.co.id, Jumat (14/12).

Untuk mengantisipasi penurunan margin bank akibat risiko bunga, bank menengah kecil sudah menyiapkan strategi. 

Henky Suryaputra, Chief Financial Officer Bank Sahabat Sampoerna mengatakan untuk mempertahankan margin bunga bersih atau net interest margin (NIM), bank harus mentransmisikan kenaikan biaya dana ke nasabah. “Artinya bunga kredit juga harus naik,” kata Henky kepada kontan.co.id, Jumat (14/12).

Ferry Koswara, Direktur Operasional Bank of India Indonesia juga mempunyai startegi sama yaitu akan menaikkan bunga kredit. “Ini akan menjaga NIM dikisaran 4%-5%,” kata Ferry akhir pekan lalu.

Bank Dinar optimistis, sampai akhir 2018, NIM Bank Dinar akan mencapai 4,4% sampai akhir tahun. Sebagai gambaran NIM sampai Oktober 2018 sebesar 4,37%. 

Secara industri perbankan, sampai kuartal III-2018, NIM bank menengah kecil rata rata mengalai penurunan.  

Untuk kelompok bank dengan modal inti Rp 5 triliun sampai Rp 30 triliun (BUKU 4), tercatat ada penurunan NIM 17 basis poin menjadi 4,22% per akhir September lalu.

Sedangkan untuk bank bermodal inti antara Rp 5 triliun sampai Rp 1 triliun (BUKU 2), mencatat penurunan NIM 15 basis poin menjadi 5,03%.

Sedangkan bank bermodal inti bawah Rp 1 triliun (BUKU 1), mencatat NIM naik tipis 9 basis poin menjadi 5,61%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×