Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penawaran Savings Bond Retail (SBR) seri SBR008 dengan kupon 7,2% diharapkan mampu menembus target penjualan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yakni Rp 150 miliar. Angka ini terbilang turun, jika dibandingkan target penjualan untuk SBR007 yakni Rp 200 miliar.
Sebagai informasi, pemerintah melalui direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemenkeu) resmi menetapkan tingkat kupon untuk Savings Bond Ritel seri SBR008 sebesar 7,20%. Tingkat kupon ini berlaku untuk periode 25 September hingga 10 Desember 2019. Adapun target penerimaan kali ini masih sama seperti sebelumnya, yakni Rp 2 triliun.
Assistant Vice President, Head of Product Development Wealth Management Division BNI Teddy Satriadi Suardi mengatakan, meskipun turun kupon masih tetap menarik.
Dia menegaskan bahwa daya tarik SBR tidak hanya sebatas kupon, melainkan juga risiko kredit yang nyaris tidak ada, begitu juga dengan risiko pasar.
"Kali ini target kami tidak besar, sekitar Rp 150 miliar, turun dibandingkan target di SBR007 yang mencapai Rp 200 miliar. Kenapa rendah? karena ada ancang-ancang untuk potensi suku bunga turun," jelas Teddy.
Selain itu, bulan depan pemerintah juga berencana terbitkan Obligasi Ritel Indonesia (ORI16). Ditambah lagi, seri SBR saat ini sudah ada delapan seri sehingga ada kemungkinan sudah terserap di investasi SBR dan Sukuk Tabungan (ST) sebelumnya.
Asal tahu saja pada penjualan SBR007 lalu, BNI berhasil mengumpulkan dana penjualan hingga Rp 250 miliar. Meskipun target SBR008 turun, namun Teddy optimistis bisa membukukan penjualan di kisaran Rp 200 miliar.
Meskipun begitu, dengan tren tingkat suku bunga yang cenderung turun, ke depan kupon yang ditawarkan pemerintah untuk surat utangnya berpotensi turun. Namun, Teddy meyakini ke depan masyarakat bakal terbiasa dengan suku bunga rendah.
"Kupon 7,2% menurut kami kalau diperhitungkan dengan suku bunga obligasi pemerintah dalam dua tahun ini masih lebih tinggi, karena rata-rata masih 6,3%-6,5%. Dengan angka itu, harusnya masih relatif di atas suku bunga bechmark-nya," jelas Teddy kepada Kontan.co.id, Kamis (5/9).
Apalagi, jika berkaca pada rata-rata imbal hasil yang ditawarkan deposito perbankan masih di kisaran 5%-6%. Meskipun special rate bisa bergerak lebih tinggi, namun deposito juga memiliki keterbatasan nominal.
Untuk bisa mendapatkan special rate, nasabah perlu mengendapkan dana cukup besar di deposito, sedangkan untuk SBR008 nasabah bisa mendapatkan kupon 7,2% hanya dengan nominal Rp 1 juta. Dengan begitu, Teddy mengatakan bauran nasabah ke depan akan semakin luas.
BNI menerapkan strategi jemput bola untuk menggaet calon nasabah SBR008, salah satunya dengan menawarkan cashback. Sebagai mitra distribusi, BNI menawarkan cashback 0,15% untuk setiap nasabah yang membeli SBR008 tanpa batasan nominal.
Selain itu, untuk menggaet nasabah milenial BNI juga memperbaharui aplikasi mobile. Dengan harapan belanja SBR akan lebih mudah dan cepat, layaknya prinsip milenial.
Teddy mengungkapkan sebaran pengguna mobile sudah ditingkatkan. Dengan sebaran segmen yang lebih luas, harapannya tidak hanya milenial yang tertarik masuk, tapi juga dari berbagai kalangan termasuk ibu rumah tangga.
Ke depannya, Teddy memperkirakan tren kupon atau imbal hasil obligasi pemerintah bakal berada di kisaran 7%. Namun, jika Bank Indonesia (BI) kembali memangkas suku bunga acuannya, maka kupon obligasi pemerintah berpotensi berada di kisaran 6% namun masih dekat 7%. Apalagi produk berikutnya merupakan ORI26 yang sifatnya tradeble dan tenor yang lebih panjang yakni 3 tahun.
"Saya rasa ORI akan lebih rendah dari SBR, apalagi kalau bulan ini BI pangkas suku bunga lagi, (kupon) akan ke bawah lagi," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News