Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Fenomena tergerusnya tabungan masyarakat belum terhentikan. Hal ini tercermin dari rata-rata tabungan rumah tangga per rekening yang terus mengalami penyusutan dengan beberapa faktor menjadi penyebabnya.
Data Bank Indonesia per Juli 2024 mencatat rata-rata tabungan rumah tangga tiap rekening bank tercatat senilai Rp 4,28 juta. Angka tersebut mengalami penurunan dari periode sama tahun sebelumnya sebesar 6,3% secara tahunan (YoY).
Di periode yang sama, total simpanan tabungan rumah tangga sejatinya masih mencatatkan pertumbuhan secara tahunan sekitar 5,2% YoY. Dari Juli 2023 yang masih sebesar Rp 2.324 triliun menjadi Rp 2.445 triliun.
Ekonom dan Pengamat Perbankan Universitas Binus Doddy Ariefianto membenarkan bahwa sebetulnya pertumbuhan tabungan rumah tangga itu masih diselamatkan oleh segelintir masyarakat yang memang memiliki nominal tabungan besar. Namun, penurunan rata-rata tabungan menunjukkan bahwa adanya masyarakat yang pada akhirnya makan tabungan untuk kebutuhan hidup.
“Saya duga yang tabungannya kecil-kecil di bawah nominal Rp 10 juta sudah negatif mungkin,” ujar Doddy.
Baca Juga: Bank Daerah Yakin Likuiditas Terjaga dengan Menerapkan Sejumlah Strategi
Menurutnya, hal tersebut tak bisa dihindarkan Ketika beberapa sektor ekonomi yang menyedot tenaga kerja mengalami kemunduran. Alhasil, efisiensi karyawan atau Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terjadi di beberapa sektor seperti industri tekstil.
“Seperti yang semula mendapat pendapatan Rp 3 juta jadi berkurang gara-gara PHK,” tambahnya.
Berbeda pendapat, Ekonom Bank Permata Josua Pardede melihat tren penurunan rata-rata DPK ini sudah terjadi sejak tahun 2020. Ia bilang jika melihat lebih detail, selama tahun-tahun tersebut total DPK untuk rekening tabungan di bank masih mengalami peningkatan dan disertai juga dengan peningkatan jumlah rekening tabungan perbankan di Indonesia.
Ia mengambil contoh, pada tahun 2022 dan 2023, jumlah DPK tabungan rumah tangga meningkat 5,61% dan 1,93%. Sementara, jumlah rekening tabungan meningkat 18,40% dan 10,22% masing-masing di tahun 2022 dan 2023.
Sementara data terbaru pada Juli 2024, jumlah DPK tabungan masih tumbuh positif 5,22% dan jumlah rekening juga naik 11,87%.
“Kenaikan jumlah akun tabungan tersebut dapat menjadi indikasi jika semakin banyak orang yang memiliki rekening bank sekaligus menjadi indikasi jika satu orang memiliki beberapa rekening,” ujarnya.
Dengan melihat perkembangan tersebut, Josua menilai terdapat fenomena jika satu orang memiliki beberapa rekening tabungan, sehingga nilai rata-rata DPK per rekening mengalami penurunan.
Lebih lanjut lagi, ia melihat komposisi pengeluaran rumah tangga terhadap pendapatan untuk tabungan juga masih meningkat menjadi 15,75% di tahun 2023 dari 15,19% dan 14,11% di tahun 2022 dan 2021. Data di bulan Agustus menunjukkan proporsi tabungan dari pendapatan masih stabil di angka 15,7%.
Baca Juga: Kinerja Profitabilitas Naik, Simak Rekomendasi Saham Amar Bank (AMAR)
Direktur Kepatuhan OK Bank Efdinal Alamsyah mengungkapkan penurunan tabungan bisa menjadi indikasi bahwa masyarakat mengeluarkan lebih banyak uang untuk memenuhi kebutuhan mereka atau berbelanja barang dan jasa.
Di samping itu, ia juga melihat terjadi perubahan pola transaksi di kalangan masyarakat, misalnya terjadi penurunan pada pengeluaran di kategori seperti hiburan atau restoran, sementara ada peningkatan dalam kategori ke barang esensial seperti bahan makanan atau kebutuhan rumah tangga.
“Penurunan tabungan juga bisa menjadi indikasi bahwa masyarakat mungkin menghadapi kesulitan finansial dan harus menggunakan tabungan mereka untuk menutupi kebutuhan sehari-hari,” ujarnya.
Di OK bank sendiri, Efdinal menyebutkan simpanan tabungan sampai dengan tanggal 4 September 2024 mengalami penurunan sebesar kurang lebih 12% apabila dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2023. Dampaknya pun jelas terjadi penurunan untuk porsi dana murah dalam total simpanan bank.
Sementara itu, Direktur Keuangan Bank Raya Rustati Suri Pertiwi bilang di Bank Raya justru yang terjadi adanya kenaikan rata-rata saldo tabungan yang dimiliki nasabah. Adapun saldo rata-rata per nasabah mencapai sekitar Rp 1,1 juta per Juni 2024 atau tumbuh sekitar 14% secara tahunan.
Ia melihat bahwa kenaikan rata-rata saldo didorong oleh inovasi fitur tabungan digital yang ditawarkan Bank Raya kepada nasabah untuk memudahkan pengelolaan keuangannya disertai dengan berbagai penawaran.
“Alhasil mendorong nasabah Bank Raya untuk semakin aktif bertransaksi melalui layanan Bank Raya, yang akhirnya meningkatkan average saldo per nasabah,” ujar Tiwi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News