Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank pembangunan daerah (BPD) mencatatkan pengetatan likuiditas di tengah tren suku bunga acuan yang masih tinggi. Hal ini dilihat dari loan to deposit ratio (LDR) yang meningkat. Walau demikian, bank daerah optimis bisa menjaga likuiditas agar tidak seret dengan sejumlah strategi.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), LDR bank daerah berada di level 82,16% per Juni 2024, naik 48 basis poin (bps) secara bulanan dari bulan Mei yang ada di level 81,68% dan naik 248 bps dibandingkan periode yang sama tahun lalu di level 79,68%.
Ketua Umum Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (Asbanda) yang juga sebagai Direktur Utama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk atau Bank BJB (BJBR) Yuddy Renaldi mengatakan, jika di lihat LDR BPD dalam satu tahun terakhir memang meningkat.
Baca Juga: BPD Banten (BEKS) Bakal Rilis Saham Baru
Namun kata Yuddy, hal tersebut tidak semata-mata karena kondisi likuiditas yang mengetat, melainkan pengelolaan aset dan liabilitas yang optimal agar tekanan biaya dana tetap terkelola dengan baik melalui LDR yang optimal.
"Bank bjb sendiri saat ini memiliki rasio LDR 87,5% per juli 2024. Kami harus menjaga level LDR ini pada titik optimal agar tidak memberikan tekanan berlebih pada biaya dana," kata Yuddy kepada kontan.co.id, Rabu (11/9).
Menurutnya, dengan adanya ekskeptasi suku bunga acuan turun di semester kedua ini, memberikan ruang bagi perbankan, namun demikian menjelang akhir tahun biasanya kondisi likuiditas perbankan akan mengetat untuk mengejar posisi akhir tahun.
"Khusus untuk BPD, dana pemda yang ada di BPD di akhir tahun cenderung menurun karena merupakan akhir tahun anggaran APBD dimana seluruh pembayaran harus selesai dilakukan," tukasnya.
Yuddy mengungkapkan bahwa Bank BJB memiliki sejumlah cara agar likuiditas tetap terjaga. Bank bjb dengan jaringan yang sudah tersebar di 15 provinsi besar di Indonesia memiliki akses pendanaan yang lebih luas, demikian juga dengan anchor anchor deposan yang kuat sehingga secara likuiditas sangat mencukupi tinggal bagaimana aset liabilities management dilakukan dengan optimal.
"Bank BJB komposisi dana pemerintah daerah saat ini berkisar 30% dari total dana pihak ketiga (DPK). Sisanya ditopang oleh nasabah institusi dan juga ritel," tutur Yuddy.
Adapun Raden Agus Trimurjanto, Direktur Pemasaran dan Unit Usaha Syariah Bank BPD DIY menyebut, likuiditas Bank BPD DIY, cukup aman terlihat dari LDR perseroan pada range 78%-82%. Pihaknya pun menargetkan LDR dapat terjaga pada posisi 85%.
"Kami menjaga likuiditas dengan komposisi CASA pada posisi 80%. Dengan komposisi Tabungan masyarakat sebesar 64%. Tabungan tersebut dalam kelompok retail yang tidak sensitif dengan perubahan suku bunga," katanya.
Baca Juga: Fokus Tuntaskan KUB, Aset Bank Jangkar Makin Mengembang
Selain itu, agar likuiditas tidak seret, Bank BPD DIY juga berupaya mengoptimalkan belanja Pemda/OPD melalui. Cash Management System (CMS) atau internet banking dibayarkan ke rekanan, yang harus berekening Bank BPD DIY, sehingga dana tidak keluar dari bank.
Sementara itu, Direktur Bisnis Bank Banten Rodi Judo Dahono mengaku, likuiditas Bank Banten saat dalam kondisi yang baik, hal ini terlihat pada besarnya LDR Bank Banten saat ini berada pada level 78%
"Terkait tren penurunan suku bunga kedepan , kami Bank Banten akan selalu mengikuti perkembangan pasar, adapun besaran LDR akan kami jaga di kisaran angka 76%-86% hingga akhir tahun," ucapnya.
Oleh karena itu dalam menjaga likuiditas, perusahaan berupaya mempertahankan existing customer Funding Bank yang ada saat ini, selain itu meningkatkan CASA dengan cara mengakuisisi dana-dana Pemkab dan Pemkot dalam lingkungan Pemprov Banten.
Strategi lainnya yakni, menempatkan ekses funding yang tidak terserap kredit ke dalam penempatan instrumen yang likuid seperti, SBN dan SRBI yang dapat direpo-kan setiap saat.
"Posisi LDR akan terus kita perbaiki lagi dalam rangka menyiapkan akuisisi ekosistem RKUD yaitu akuisisi kredit ASN dari Kab Lebak dan Kota Serang dengan potensi lebih dari Rp 4 triliun," imbuhnya.
Adapun LDR Bank Jatim untuk periode Agustus 2024 ada di angka 78%-90%. Menurut, Direktur Keuangan Bank Jatim Edi Masrianto LDR Bank jatim memiliki persentase yang mendekati ideal sesuai dengan ketentuan BI. Hal ini dikarenakan penyaluran kredit Bank Jatim mengalami pertumbuhan signifikan secara YoY di Agustus 2024 ini sebesar 18,75%.
Baca Juga: Beban Bank akan Bertambah untuk Premi Restrukturisasi Perbankan Mulai Januari 2025
"Kinerja perusahaan yang positif ini, menunjukkan bahwa likuiditas Perseroan saat ini tetap aman, dan tidak berdampak di tengah isu tingkat suku bunga tinggi," tegasnya.
Edi menjelaskan, tim internal Bank Jatim sudah melakukan kajian, dimana LDR perusahaan hingga akhir tahun akan terus terjaga sesuai dengan kententuan ideal dari BI, bahkan akan semakin lebih baik, dengan ekspansi penyaluran kredit yang akan meningkat setiap periodenya.
"Bank Jatim akan menjaga LDR pada level yang aman, yaitu sekitar 70%. Ini menunjukkan bahwa bank tidak terlalu membebani simpanan dengan pinjaman, yang penting untuk menjaga stabilitas likuiditas," kata Edi.
Dalam meningkatkan likuiditas, Bank Jatim juga memanfaatkan berbagai sumber pendanaan, termasuk deposito dan ekspansi bisnis. Hal ini juga didukung oleh strategi pertumbuhan kredit yang sehat, dengan penyaluran kredit meningkat hingga lebih dari Rp 60 triliun pada periode Agustus 2024.
"Selain pertumbuhan kredit, melalui inovasi teknologi seperti J Connect, Bank Jatim memperluas layanannya untuk menarik lebih banyak nasabah dan meningkatkan pengelolaan dana, yang juga berkontribusi pada stabilitas likuiditas bank," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News