Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID-MAKASSAR. Pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menyambut baik adanya langkah pemerintah memberikan perpanjangan opsi restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 kepada debitur yang masih mengalami kesulitan.
Muhammad Adit Sophian, pengusaha UMKM yang bergerak di bidang pengolahan produk Kopra (daging buah kelapa yang dikeringkan), serta produk briket asal Makassar ini, menyambut baik kebijakan pemerintah tersebut.Menurutnya kebijakan tersebut dapat membantu para pelaku UMKM dalam meringankan beban mereka untuk melunasi cicilan kredit dan pembiayaan dari bank, saat bisnis sedang tidak berjalan mulus.
“Menurut saya pastinya sangat membantu para UMKM, akan lebih ringan kewajiban cicilannya kepada bank, dan dana modal mereka bisa kembali diputar untuk jalan usahanya,” ungkap Adit kepada Kontan saat ditemui di Kompleks Pergudangan 88 Pattene, Jl Ir Sutami, Biringkanaya, Makassar, Selasa (23/7)
Adit sendiri mengaku tidak terkendala dalam melakukan kewajiban cicilan pembiayaan usahanya. Tapi dia juga tidak menampik pandemic Covid-19 telah membuat usahanya terdampak, baik dari sisi terkendala pada distribusi.
Baca Juga: Pemerintah akan Memperpanjang Restrukturisasi KUR, tapi Ada Syaratnya
“Saat Covid-19 memang terasa dampaknya di usaha kita, karena harga kontainer naik, terbengkalai di ekspor karena kontainer untuk angkut barang enggak ada. Kami protes, nggak bisa ekspor. Tapi akhirnya bisa lanjut karena datangkan kapal dari India, 89 kontainer naik ke dalam satu kapal curah,” jelas Adit.
Adit sendiri mendirikan perusahaannya yang diberi nama CV Aflaha Coconut Mandiri pada tahun 2016. Adit baru mengakses pembiayaan dari Bank Syariah Indonesia (BSI) di tahun 2018. Selama beroperasi, dirinya baru dua kali mengakses pembiayaan dari BSI.
Di sisi lain, sejumlah perbankan juga telah menyatakan siap untuk melakukan arahan pemerintah jika memang restrukturisasi kredit UMKM diperpanjang untuk memudahkan pelaku usaha yang masih kesulitan dalam bisnisnya.
BRI misalnya. Direktur Bisnis Mikro BRI, Supari berharap adanya kebijakan penguatan yang dapat memperkuat daya beli masyarakat dan meningkatkan konsumsi rumah tangga, karena dua faktor tersebut menjadi driver utama pertumbuhan kredit UMKM yang menjadi kontributor utama dan menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia di tengah kondisi makro ekonomi yang menantang.
“Dalam menjalankan restrukturisasi kredit UMKM terdampak COVID 19, BRI fokus terhadap penyehatan nasabah dan sebagai wujud kehati-hatian selama pandemi BRI telah menyiapkan pencadangan yang lebih konservatif untuk mengantisipasi risiko kedepan,” ungkapnya.
Baca Juga: Penyaluran KUR Bank Mandiri Capai Rp 19,33 Triliun, Mayoritas ke Sektor Pertanian
Hingga akhir Maret 2024, kualitas kredit BRI masih terjaga dengan non performing loan (NPL) sebesar 3,11% dan sebagai NPL coverage sebesar 214,26%,
Senada, Direktur Utama PT BPD Jawa Barat dan Banten Tbk (bjb) Yuddy Renaldi juga menyambut baik rencana perpanjangan relaksasi restrukturisasi kredit Covid-19 tersebut.
“Perpanjangan restrukturisasi akan berdampak pada beberapa debitur di setiap bank khususnya pada segmen yang belum pulih karena setelah berakhirnya pandemi, juga terdampak oleh dinamika perekonomian yg terjadi paska pandemic,” ungkap dia.
Namun demikian Yuddy menilai perbankan juga tentunya telah mengantisipasi dengan pembentukan pencadangan yang memadai sehingga tidak akan berdampak signifikan pada permodalan dan rentabilitas bank.
Data Bank Indonesia mencatat rasio NPL UMKM berada di level 4,25% per April 2024, naik dari posisi 3,84% per April 2023. NPL Usaha menengah berada di level tertinggi 5,51% per April 2024, disusul oleh NPL usaha kecil di level 4,96%, dan NPL Usaha Kecil di level 3,14%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News