Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Tren pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) bank syariah kian melaju di pertengahan tahun 2025. Beberapa bank syariah mencatatkan pertumbuhan DPK jauh di atas rata-rata pertumbuhan industri.
Bank Indonesia (BI) mencatat DPK industri perbankan per Juni 2025 melesat tumbuh 6,96% secara year-on-year (YoY). Padahal bulan sebelumnya DPK hanya tumbuh 3,9% YoY. Menariknya, pertumbuhan DPK di Juni 2025 ini menjadi yang tertinggi berjalan usai konsisten melambat sejak awal tahun ini.
PT Bank BCA Syariah salah satunya. Hingga akhir Juni 2025, anak usaha BCA ini mencatatkan pertumbuhan DPK sebesar 24,3% YoY dengan nilai mencapai Rp 13 triliun.
Direktur BCA Syariah Pranata mengatakan bahwa pertumbuhan DPK yang tinggi ini turut mendorong perolehan dana murah (Current Account Saving Account/CASA) seperti produk giro dan tabungan sebesar 39,2% dengan nilai mencapai Rp 5,7 triliun. Pun, komposisi dana murah tumbuh mencapai 40,8% dari total DPK.
“Pertumbuhan DPK BCA Syariah salah satunya didorong oleh peningkatan jumlah nasabah dari pembukaan rekening online melalui mobile banking BSya,” kata Pranata kepada Kontan, Selasa (29/7).
Baca Juga: Hingga Juni 2025, Penyaluran Pembiayaan KPR Bank Mega Syariah Tembus Rp 342 Miliar
Ke depan, Pranata optimistis DPK BCA Syariah dapat tumbuh di kisaran 10%-12% secara tahunan pada akhir tahun 2025.
Hal yang sama pula dialami oleh PT Bank Mega Syariah. Per Juni 2025, perseroan berhasil mencatatkan kenaikan pertumbuhan DPK sebesar 17% YoY, menjadi Rp 11,89 triliun.
Corporate Secretary Division Head Bank Mega Syariah Hanie Dewita mengatakan bahwa dalam menumbuhkan DPK, pihaknya menerapkan sejumlah strategi yang difokuskan pada pendalaman segmen ritel guna meningkatkan porsi dana murah (CASA).
Di tengah kondisi yang menantang, Hanie menegaskan Bank Mega Syariah tetap optimistis dalam membidik target pertumbuhan DPK-nya hingga akhir tahun 2025.
"Di kondisi ekonomi yang menantang kami tetap optimis DPK dapat tumbuh 14,97% atau mencapai lebih dari Rp 12,6 triliun di akhir 2025," kata Hanie.
Setali tiga uang, PT Bank BJB Syariah mencatatkan kinerja DPK yang positif hingga Juni tahun ini. Direktur Utama Bank BJB Syariah Arief Setyahadi bilang penghimpunan DPK per 30 Juni 2025 mencapai Rp 11.02 triliun atau naik 10,12% dibandingkan capaian Mei 2024.
Dia menjelaskan bahwa penopang utama kenaikan DPK di Bank BJB Syariah sendiri antara lain ialah produk giro dan tabungan dengan sektor unggulan kesehatan, pendidikan, serta ekosistem haji, umroh, masjid.
Arief memproyeksi kinerja Bank BJB Syariah bakal tetap tumbuh di semester-II 2025.
"DPK diproyeksi meningkat minimal sebesar 12.6% YoY dari posisi DPK di periode Desember 2024 yang sebesar Rp 10,32 triliun," tandasnya.
Segendang sepenarian, DPK yang dihimpun PT KB Bukopin Syariah juga meroket 9,9% YoY menjadi Rp 6,39 triliun hingga akhir Juni ini.
Sekretaris Perusahaan KB Bank Syariah Umar Hasni menjelaskan bahwa peningkatan transaksional nasabah pembiayaan dan adanya program-program dana ritel di KB Bank Syariah menjadi pendorong utamanya. KB Bank Syariah bakal terus optimistis membidik pertumbuhan DPK sebesar 4,6% hingga akhir tahun 2025.
"Kami terus berimprovisasi. Target pertumbuhan DPK akhir tahun kami bidik 4,6% YoY,” kata Umar.
Baca Juga: Bank Syariah Indonesia Optimistis Penyaluran Pembiayaan Tetap Tumbuh di Semester II
PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI juga mencatatkan kinerja solid di awal tahun 2025 ini. Meski belum merinci capaiannya hingga akhir kuartal-II 2025, Wakil Direktur Utama BSI Bob Tyasika Ananta menjelaskan bila memasuki pertengahan tahun, BSI terus meningkatkan penetrasi tabungan wadiah guna mengakselerasi kinerja DPK perseroan.
Kinerja positif tampak dari capaian DPK BSI yang tumbuh 7,40% yoy per Maret 2025, dengan nilai DPK yang dihimpun sebesar Rp 319 triliun.
"Dari total tersebut, sekitar 61% merupakan dana murah, dengan tabungan mendominasi 42%, dan tabungan wadiah menyumbang 40% dari total tabungan," kata Bob.
Pengamat Ekonomi Syariah sekaligus Direktur Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Sutan Emir Hidayat bilang bahwa kondisi ini sejatinya menjadi bukti bahwa masyarakat mulai melek akan pemahaman literasi keuangan syariah.
Ini selaras pula dengan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2025, tingkat literasi keuangan syariah pada 2025 mencapai 43,42%, meskipun tingkat inklusi keuangan syariah pada 2025 hanya sebesar 13,41%.
"Ini selaras dengan bukti bahwa masyarakat mulai memahami literasi keuangan syariah. Paling tinggi pemahaman penduduk di Indonesia itu literasi terhadap perbankan syariah," kata Sutan.
Baca Juga: Pembiayaan BCA Syariah Tumbuh 18,2% hingga Juni 2025
Peningkatan pemahaman akan keuangan syariah ini juga didukung dengan banyaknya masyarakat yang mulai peduli dengan nilai-nilai kebaikan dan ekosistem halal. Dengan memasukkan dana di bank syariah, masyarakat akan percaya bahwa uang mereka akan diolah sebagai bentuk pembiayaan yang baik dan halal.
"Jika masyarakat menaruh uang di bank syariah, nasabah atau investor tahu uang mereka akan digunakan untuk hal yang baik, yang halal. Jadi masyarakat yang peduli dengan nilai-nilai kebaikan akan berlari ke bank syariah," tambahnya.
Sependapat, Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan bahwa kondisi ini menandakan literasi perbankan syariah untuk sektor ritel mengalami peningkatan dan kepercayaan kepada bank syariah juga mulai mengalami peningkatan.
Dia memproyeksi bahwa ke depan, kinerja bank syariah masih bakal menunjukkan tren peningkatan. "Proyeksi kedepan masih terbuka tren peningkatan kinerja bank syariah seiring dengan literasi perbankan syariah yang semakin baik," pungkas dia.
Selanjutnya: Menengok Prospek Aliran Dana Asing yang Kembali Masuk ke Pasar Saham
Menarik Dibaca: Promo Richeese Factory Paket Pengajar Senin-Kamis, 2 Firewings + Nasi Rp 22.000-an
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News