Reporter: Feri Kristianto | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Kerugian membayangi tiga perusahaan sekuritas penjamin emisi penerbitan saham PT Garuda Indonesia Tbk, bila akan menjual saham itu dalam waktu dekat ini. Maklum, sampai saat ini harga saham Garuda ini belum seperti saat penawaran perdana atau initial public offering (IPO) Februari 2011 sebesar Rp 750 per saham.
Pada penutupan perdagangan Senin (2/4), harga saham Garuda berada di kisaran Rp 610 per saham. Angka ini melemah 1,61% dibandingkan pebutupan pekan lalu.
Sekadar mengingatkan, saat IPO garuda Mandiri Sekuritas, Danareksa Sekuritas, dan Bahana Securities terpaksa menyerap sisa saham Garuda yang tidak laku di pasar.
Jumlahnya sekitar 3 miliar unit saham, dengan nilai kurang lebih Rp 2,25 triliun. Dan beberapa waktu Menneg BUMN, Dahlan Iskan menjajakan saham Garuda kepada beberapa pengusaha nasional. Seperti Rachmat Gobel, Chairul Tanjung dan Anthony Salim.
Namun, sampai saat ini penjualan belum berlangsung. Febriati Nadira, Executive VP Corporate Communication Mandiri Sekuritas berkata, masih proses bidding penentuan financial advisor. Nantinya, financial advisor menjadi pihak yang mengurusi seluruh penjualan saham itu, termasuk harga.
Mandiri Sekuritas merupakan salah satu penjamin emisi IPO Garuda dan sekaligus penyerap saham yang tak terjual. Tercatat, Mandiri Sekuritas membekap 2,09% saham atau sebanyak 473 juta saham Garud sewaktu penawaran saham perdana lalu.
Rugi miliaran rupiah
Manajemen Mandiri Sekuritas masih optimistis bisa menjual untung saham tersebut. Artinya, anak usaha Bank Mandiri ini harus menjual saham Garuda di atas Rp 750 per saham. "Kinerja Garuda sekarang semakin bagus, kami yakin itu," kata Ira - panggilan gaul Febriati.
Marciano Herman, Direktur Utama Danareksa Sekuritas pernah mengutarakan hal senada kepada KONTAN.
Namun, Yanuar Rizky, pengamat pasar modal, yakin, ketiga perusahaan sekuritas itu harus siap menanggung kerugian besar bila melepas saham Garuda. Alasannya, harga saham Garuda masih lebih rendah dibandingkan saat IPO. Hak ini sebenarnya juga sudah harus diperhitungkan oleh masing-masing manajemen perusahaan sekuritas tersebut.
Lihat saja, dari laporan keuangan Mandiri Sekuritas per 31 Desember 2011, jumlah kerugian karena penjualan efek itu mencapai Rp 110 miliar. Jumlah itu bisa menggerus laba perusahaan yang hanya Rp 68,58 miliar pada tahun 2011. Artinya, bila penjualan terealisasi, perusahaan malah rugi Rp 41,42 miliar.
Laporan keuangan Danareksa Sekuritas per kuartal III 2011 juga menghitung, kerugian atas penjualan efek itu mencapai Rp 156 miliar. Sementara pada periode sama, kerugian di Bahana Securities lebih besar, yakni sekitar Rp 302 miliar.
Namun, Dahlan pernah menyampaikan, saham Garuda akan terjual 10% di atas harga pasar. Bila ini benar, tentu kerugian di perusahaan penjamin emisi itu bisa berkurang. Semoga saja harapan sekuritas itu menjadi kenyataan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News