kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Waspadai kredit berisiko, perbankan bakal makin selektif


Senin, 03 Februari 2020 / 20:38 WIB
Waspadai kredit berisiko, perbankan bakal makin selektif
ILUSTRASI. Pelayanan nasabah Bank BCA di Tangerang Selatan, Jumat (8/11). Di tahun lalu penyaluran kredit perbankan tercatat makin berisiko ditandai dengan meningkatkanya rasio kredit berisiko./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/08/11/2019.


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang tahun lalu penyaluran kredit perbankan tercatat makin berisiko, ini ditandai dengan meningkatnya rasio kredit berisiko alias loan at risk yang berada di level 10%, lebih tinggi dibandingkan 2018 di kisaran 9%. Mengurangi risiko, tahun ini penyaluran kredit bakal dilakukan lebih selektif.

Asal tahu rasio kredit berisiko merupakan perbandingan antara kredit di kolektabiltas 1 yang direstrukturisasi ditambah kredit kolektibilitas 2 hingga kolektibilitas 5 dengan total penyaluran kredit.

Baca Juga: Tak mau kalah dari fintech, bank menengah dan kecil mulai geluti kredit digital

“Dengan kondisi ekonomi global yang masih menantang, sektor perdagangan dan komoditas khususnya di segmen korporasi akan jadi akan lebih perhatikan,” kata Direktur Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Haru Koesmahargyo kepada Kontan.co.id, Senin (3/2).

Tahun lalu bank dengan aset terbesar di tanah air ini mencatat rasio LaR sebesar 9,78% dimana semua komponen LaR ikut meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Haru bilang pemberat utamanya berasal dari sektor pengolahan dan tekstil. Adapun penyaluran kredit BRI tahun lalu sebesar Rp 859,55 triliun dengan pertumbuhan 7,6% (yoy).

Restrukturisasi kredit perseroan meningkat dari Rp 49,1 triliun pada 2018 menjadi Rp 51,9 triliun tahun lalu. Kredit di kolektibilitas 2 alias dalam perhatian khusus juga meningkat rasionya dari 3,65% menjadi 3,93%, sementara rasio non performing loan (NPL) melonjak dari 2,16% menjadi 2,62%.

Adapun tahun ini perseroan menargetkan penyaluran kredit berisikonya bisa ditekan di bawah 9%, sementara rasio kredit macetnya bisa berada di bawah 2,5%.

Baca Juga: Kontribusi laba anak usaha BNI dan Bank Mandiri tumbuh di tahun lalu

“Kami akan fokus menyalurkan kredit yang berkualitas baik dengan memperhatikan potensi bisnis di masing-masing wilayah, mengimplementasikan deteksi dini untuk mengantisipasi kualitas kredit, serta meningkatkan collection,” sambung Haru.




TERBARU

[X]
×