Reporter: Ferrika Sari | Editor: Noverius Laoli
Pandemi telah mengubah cara perbankan untuk menggaet konsumen. Di tengah keterbatasan, teknologi digital punya peran strategis menjangkau pasar lebih luas tanpa adanya risiko penularan penyakit. Kehadiran teknologi bisa mendekatkan bank dengan segmen milenial dan kelas menengah yang sudah akrab dengan ponsel pintar.
“Kami membidik semua segmen masyarakat, namun rata-rata kelas menengah atas karena IPEX Virtual 4D banyak menawarkan KPR Non Subsidi dibandingkan KPR Subsidi. Segmen pembeli tentunya, mereka yang tidak terlalu terdampak pandemi, biasanya mereka yang bekerja di sektor formal dan memiliki gaji tetap,” ungkap Ari.
Tak berbeda jauh dengan BTN, Bank BRI juga menargetkan pasar dari seluruh lapisan masyarakat, terutama milenial yang belum memiliki rumah, baik itu berupa landed house ataupun apartemen.
Selain itu juga tersedia rumah jenis fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) yang merupakan program pemilikan rumah dari pemerintah dengan suku bunga sangat ringan hanya 5% selama masa kredit. Namun rata-rata pengunjung tertarik pada rumah dari harga sampai dengan Rp 1 miliar yang berada di pusat dan tengah kota.
Baca Juga: Bank Rakyat Indonesia (BBRI) bidik pertumbuhan KPR 17% pada 2021
Di sisi lain, penggunaan teknologi merupakan suatu keniscayaan untuk bisa bertahan di masa pandemi. Selain memberikan kemudahan, teknologi juga memberikan rasa aman bagi calon pembeli ketika berinteraksi dengan pihak marketing dan para agen. Bank juga diuntungkan karena bisa mendongkrak penjualan dan lebih efisien.
Namun bagi Pengamat pemasaran dari Inventure Yuswohady, penggunaan teknologi tidak berbanding lurus dengan daya beli masyarakat. Terlebih, sentimen pasar sejak awal tahun turun, terutama dari kalangan menengah karena jumlah kasus Covid-19 terus bertambah dan mereka masih menunggu kepastian program vaksin.
“Kalau ekonomi tidak menentu, orang-orang cenderung tidak spending atau investing tapi menyimpan uangnya untuk berjaga-jaga kalau ada keluarga sakit dan membayar rumah sakit yang mahal,” jelasnya.
Hal ini terlihat dari riset Inventure pada September 2020. Sebanyak 69,4% responden dari 628 orang memutuskan menunda pembelian rumah karena lebih mementingkan alokasi dana darurat. Mereka cenderung menahan pengeluaran besar, maka membeli rumah bukan menjadi prioritas setidaknya sampai kondisi ekonomi mulai stabil.
Selanjutnya: Ini alasan penyaluran KPR di 2021 diprediksi lebih ramai
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News