Reporter: Ferrika Sari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA.Pandemi tak menjadi halangan bagi yang sedang berburu hunian. Begitu juga bagi Hesty (28). Pegawai Negeri Sipil (PNS) Puskesmas di Jakarta Barat ini sudah sejak Oktober lalu mencari rumah impian bersama sang suami.
Namun rencana itu terpaksa tertunda akibat pandemi. Kondisi tersebut membuat dia tidak leluasa keluar rumah, termasuk pergi ke bank. Dibandingkan pergi bank, ia memilih menghubungi tim pengembang atau mengakses informasi kredit perumahan rakyat (KPR) bank secara daring guna menghindari keramaian.
Salah satunya, dengan mengakses pameran KPR secara virtual. Beragam pilihan properti menarik ditampilkan secara virtual dengan konsep 3D dan 4D yang diharapkan membuat pengunjung seakan berada di pameran properti sungguhan. Pengunjung bahkan bisa memilih wilayah serta rumah yang diajukan melalui layar gawai maupun laptop.
Hal ini menunjukkan bahwa industri perbankan semakin kreatif dengan mengadakan pameran secara virtual. Mereka terus berinovasi untuk menawarkan produk terbaiknya di kala pandemi. Melalui pameran tersebut, diharapkan interaksi antara produsen dan konsumen tetap berjalan mulus.
Baca Juga: Ingin Mengungkit Kredit Kosumsi, Bank Menyasar KKB dan KPR
Pandemi membuat pameran bisa menerobos keterbatasan ruang dan waktu. Sebab, masyarakat bisa mencari rumah impian cukup dari rumah saja. Semuanya bisa terhubung secara interaktif hanya melalui sentuhan di perangkat elektronik Anda.
Bisa dibilang, pameran tak lagi dibatasi ruang, sebagaimana selama ini digelar setiap tahun seperti di Jakarta Convention Center dan JIExpo Kemayoran. Padahal sebelumnya PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk rutin mengikuti hajatan Indonesia Properti Expo (IPEX) yang digelar secara terbuka di Jakarta dan wilayah lain.
Namun semenjak pandemi, Bank BTN tidak dapat menggelar pameran secara terbuka. Untuk mengantisipasi hal itu, bank pelat merah ini menggandeng PT Adhouse Clarion Events dengan menggelar pameran bertajuk Indonesia Properti Virtual Expo (IPEX) 2020 pada 22 Agustus – 15 Oktober 2020.
Tidak kurang dari 200 pengembang komersil dan subsidi dengan lebih dari 500 proyek turut ambil bagian meramaikan pameran properti tersebut. Walau baru digelar, pameran itu mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Hal ini terlihat dari jumlah pengunjung situs ipex.btnproperti.co.id mencapai lebih dari 2 juta orang.
“Animo masyarakat akan IPEX Virtual ini dinilai melebihi ekspektasi, karena selain jumlah pengunjung yang berhasil melampaui target, Bank BTN juga sukses menggaet sekitar 3.000 pemohon KPR, di mana sekitar 95% diantaranya adalah pemohon KPR Non Subsidi,” kata Corporate Secretary Bank BTN Ari Kurniaman kepada Kontan.co.id, Kamis (4/2).
Melalui pameran tersebut, pengunjung bisa melihat langsung unit rumah yang dipamerkan melalui fitur khusus dari website IPEX. Mereka juga bisa mengikuti talkshow daring, webinar dan berinteraksi langsung dengan penjual dari masing – masing pengembang melalui fitur live chat.
Tak cukup sampai itu, Bank BTN kembali menggelar pameran KPR BTN Virtual Expo mulai dari 14 Desember 2020 – 14 Januari 2021. Kali ini, Bank BTN melibatkan 75 pengembang dengan ratusan proyek perumahan. Dalam acara tersebut, terpantau sekitar 1 juta orang berselancar di situs ipex.btnproperti.co.id untuk membeli hunian idaman.
Strategi pemasaran serupa juga diikuti bank lain. Salah satunya, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) yang menggelar KPR BRI Virtual Expo pada 26 Januari – 26 Maret 2021. Tak tanggung – tanggung, acara tersebut melibatkan lebih dari 150 pengembang dengan 13 ribu unit properti pilihan.
Baca Juga: Kredit perumahan tahun ini bakal menggeliat, ini alasannya
Pameran dapat dilihat melalui portal https://kprbrivirtual.com/ dan diakses secara daring oleh pengunjung. Melalui pameran tersebut, Bank BRI membidik nilai transaksi mencapai Rp 1 triliun dan 3 juta jumlah pengunjung selama dua bulan acara berlangsung.
“Sampai dengan 3 Februari 2021, rata-rata harian jumlah penjunjung lebih dari 40 ribu yang ikut hadir dengan mengamkses website www.kprbrivirtual.com,” terang Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto.
Proses pelayanan KPR juga bisa dilakukan secara digital melalui aplikasi BRISPOT termasuk pembukaan rekening rekening digital. Melalui aplikasi tersebut, konsumen bisa mengajukan pinjaman KPR secara online, kapan pun dan di mana pun, tanpa harus mendatangi unit kerja BRI.
Bidik Semua Segmen
Pandemi telah mengubah cara perbankan untuk menggaet konsumen. Di tengah keterbatasan, teknologi digital punya peran strategis menjangkau pasar lebih luas tanpa adanya risiko penularan penyakit. Kehadiran teknologi bisa mendekatkan bank dengan segmen milenial dan kelas menengah yang sudah akrab dengan ponsel pintar.
“Kami membidik semua segmen masyarakat, namun rata-rata kelas menengah atas karena IPEX Virtual 4D banyak menawarkan KPR Non Subsidi dibandingkan KPR Subsidi. Segmen pembeli tentunya, mereka yang tidak terlalu terdampak pandemi, biasanya mereka yang bekerja di sektor formal dan memiliki gaji tetap,” ungkap Ari.
Tak berbeda jauh dengan BTN, Bank BRI juga menargetkan pasar dari seluruh lapisan masyarakat, terutama milenial yang belum memiliki rumah, baik itu berupa landed house ataupun apartemen.
Selain itu juga tersedia rumah jenis fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) yang merupakan program pemilikan rumah dari pemerintah dengan suku bunga sangat ringan hanya 5% selama masa kredit. Namun rata-rata pengunjung tertarik pada rumah dari harga sampai dengan Rp 1 miliar yang berada di pusat dan tengah kota.
Baca Juga: Bank Rakyat Indonesia (BBRI) bidik pertumbuhan KPR 17% pada 2021
Di sisi lain, penggunaan teknologi merupakan suatu keniscayaan untuk bisa bertahan di masa pandemi. Selain memberikan kemudahan, teknologi juga memberikan rasa aman bagi calon pembeli ketika berinteraksi dengan pihak marketing dan para agen. Bank juga diuntungkan karena bisa mendongkrak penjualan dan lebih efisien.
Namun bagi Pengamat pemasaran dari Inventure Yuswohady, penggunaan teknologi tidak berbanding lurus dengan daya beli masyarakat. Terlebih, sentimen pasar sejak awal tahun turun, terutama dari kalangan menengah karena jumlah kasus Covid-19 terus bertambah dan mereka masih menunggu kepastian program vaksin.
“Kalau ekonomi tidak menentu, orang-orang cenderung tidak spending atau investing tapi menyimpan uangnya untuk berjaga-jaga kalau ada keluarga sakit dan membayar rumah sakit yang mahal,” jelasnya.
Hal ini terlihat dari riset Inventure pada September 2020. Sebanyak 69,4% responden dari 628 orang memutuskan menunda pembelian rumah karena lebih mementingkan alokasi dana darurat. Mereka cenderung menahan pengeluaran besar, maka membeli rumah bukan menjadi prioritas setidaknya sampai kondisi ekonomi mulai stabil.
Selanjutnya: Ini alasan penyaluran KPR di 2021 diprediksi lebih ramai
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News