kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Margin keuntungan bank kian tergerus


Minggu, 22 April 2018 / 15:19 WIB
Margin keuntungan bank kian tergerus
ILUSTRASI. Uang rupiah


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebijakan Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan BI-7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) tetap berefek ke bisnis perbankan. Bankir memperkirakan rasio margin bunga bersih (net interest margin) akan turun dibandingkan tahun lalu.

PT Bank OCBC NISP Tbk mencatatkan NIM sebesar 4% sampai dengan kuartal I 2018, turun dibanding periode sama tahun lalu yang mencapai 4,31%. Presiden Direktur OCBC NISP Parwati Surjaudaja memperkirakan NIM hingga akhir tahun bisa bertahan di posisi 4%.

Adapun, strategi untuk menjaga rasio tersebut antara lain dengan mendorong pertumbuhan dana murah alias current account and savings account (CASA).

"CASA harus ditingkatkan," ujar Parwati kepada Kontan.co.id, Jumat (20/4).

Parwati menjelaskan, tahun ini pihaknya sulit untuk meningkatkan rasio NIM. Alasannya, biaya dana serta suku bunga dana saat ini masih terbilang tinggi. Belum lagi, pasca BI menahan suku bunga acuan dan kondisi makro yang belum stabil, persaingan suku bunga kredit atau pinjaman diprediksi bakal semakin ketat.

Senada dengan hal tersebut, PT Bank Mayapada Internasional Tbk mengatakan tahun ini bank akan kesulitan menaikkan NIM. Direktur Utama Bank Mayapada Hariyono Tjahjarijadi mengungkapkan, saat ini bank cenderung berpikir panjang untuk menurunkan suku bunga dana.

Hal ini antara lain dikarenakan, tekanan pasar baik di dalam negeri maupun luar negeri seperti akan naiknnya Fed Fund Rate (FFR) dan pelemahan rupiah.

"NIM Bank Mayapada kurang lebih 4,5% (stabil), kesulitan menaikkan NIM mirip dengan beberapa bank besar lainnya karena masih sulit untuk menurunkan suku bunga dana," ujarnya.

Sementara itu, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJB) justru pada kuartal I 2018 berhasil menjaga NIM di level 6% lebih tinggi dibanding BUKU III lainnya. Meski begitu, rasio NIM tersebut turun cukup besar sebanyak 51 basis poin (bps) dari posisi kuartal I 2017 yang berada di level 6,51%

Direktur Utama BJB Ahmad Irfan mengungkapkan sampai akhir tahun akan menjaga NIM di kisaran 6% sampai 6,5%. Strategi yang akan ditempuh antara lain dengan menjaga cost of fund (COF) alias biaya dana serta berusaha menjaga suku bunga kredit berada di level yang rendah agar pendapatan dapat terdongkrak.

"NIM kami sekarang 6% posisi Maret, dan target kami memang di 6% sampai 6,5% akhir tahun. Karena kami juga banyak membantu program pemerintah. Tapi kalaupun dijaga di 6,5% itu kurang lebih sama dengan posisi tahun lalu," ujarnya di Jakarta, Jumat (20/4).

Di sisi lain PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) menarget posisi NIM tahun ini ada di level 5%. Jumlah tersebut terbilang tinggi, mengingat per kuartal I 2018 posisi NIM BTN di level 4,21%. Angka bulan Maret 2018 ini juga menurun dari posisi Maret 2017 lalu yang sebesar 4,32%.

Direktur Keuangan BTN Iman Nugroho Soeko menjelaskan, sejak tahun 2016 NIM turun seiring dengan menurunnya suku bunga dana dan suku bunga kredit perseroan.

Catatan Iman, per akhir 2016 NIM BTN di level 4,98% sementara di akhir 2017 menurun kembali ke posisi 4,76%. "Penurunan yield lending rate kami lebih cepat daripada yield DPK (dana pihak ketiga)," ungkap Iman di Jakarta, Kamis (19/4).

Direktur Risiko, Strategi dan Kepatuhan BTN Mahelan Prabantarikso menambahkan, dengan lebih cepatnya penurunan bunga kredit dibandingkan bunga DPK membuat biaya dana masih tinggi.

Menurut Mahelan, biaya dana BTN berada di kisaran 5%. Dalam kategori BUKU III jumlah tersebut masih berada di atas rata-rata industri sebesar 4%.
BTN berencana merekomposisi biaya dana dengan mendorong persentase dana murah (CASA).

"Kami akan rekomposisi cof, saat ini 5%, upaya kami menurunkan 1% untuk rekomposisi funding, kalau cof bisa 4% NIM kami mudah-mudahan bisa ke 5%," tutur Mahelan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×