kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,44   -8,07   -0.86%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI minta perbankan tekan NIM


Jumat, 17 September 2010 / 07:28 WIB
BI minta perbankan tekan NIM


Reporter: Fransiska Firlana, Steffi Indrajana | Editor: Test Test

JAKARTA. Net interest margin (NIM) alias selisih antara suku bunga kredit dengan suku bunga simpanan di Indonesia tergolong tinggi. Hingga Juli 2010, rata-rata NIM perbankan mencapai 5,78%, naik 3,9% dari periode yang sama tahun lalu.

Bank Indonesia (BI) inginkan perbankan nasional menekan NIM. Sebab, NIM perbankan di Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam berada di bawah 4%. Kepala Biro Humas BI Difi A. Johansyah mengatakan, NIM sangat penting untuk ukuran efisiensi perbankan. “Misalnya kemarin ada kenaikan GWM, perbankan langsung akan menaikkan suku bunga. Kenapa tidak diturunkan NIM-nya?” kata Difi, Rabu (15/9).

Untuk itu, BI bakal menerbitkan aturan prime lending rate yang mewajibkan perbankan melaporkan struktur pembentuk suku bunga kredit. BI berharap, prime lending rate mampu memunculkan kompetisi dan nasabah bisa memilih. “Ujung-ujungnya, ada efisiensi dan nasabah yang diuntungkan,” tandasnya.

Fokus ke bunga kredit

Menanggapi permintaan BI, Deputi Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Bidang Perbankan dan Jasa Keuangan Parikesit Soeprapto mengatakan, fokus Kementerian BUMN saat ini adalah penurunan suku bunga kredit.

“Target kami menurunkan interest rate. Tapi dengan penurunan bunga pinjaman itu, otomatis NIM-nya turun," jelas Parikesit, Kamis (16/9). Selain itu, penurunan suku bunga bakal mendorong pertumbuhan sektor riil.

Parikesit bilang, NIM bank-bank pelat merah tidak lebih besar dari NIM perbankan swasta. “Suku bunga kami lebih rendah dibandingkan swasta," tuturnya. Ia juga menilai, perkembangan NIM perbankan di Tanah Air tidak bisa dibandingkan dengan NIM negara tetangga.

Direktur Utama BRI Sofyan Basyir mengatakan, NIM BRI sudah turun dari 11% di 2009 dan menjadi 9% . “Nanti kami akan turunkan lagi 1%,” ujarnya, Kamis (16/9).
Ada dua cara yang akan dilakukan BRI untuk menurunkannya. Pertama, dengan ekspansi kredit ke sektor pertanian, BUMN, dan mikro. Kedua, BRI melakukan efisiensi operasional dan efisiensi komponen biaya.

“Kami akan melakukan efisiensi di semua sektor, kecuali di tenaga kerja,” tandas Sofyan. BRI juga mengaku belum berencana untuk menaikkan suku bunga kredit hingga akhir tahun ini.

Menurut Direktur Utama Iqbal Latanro, BI sudah melakukan sosialisasi mengenai prime lending rate kepada kalangan perbankan. “Tapi, kami sedang melakukan evaluasi dan masih menunggu perkembangannya,” katanya. Mengenai NIM, Iqbal enggan berkomentar. Ia hanya menegaskan, NIM BTN tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan bank-bank lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×