Reporter: Andri Indradie, Steffi Indrajana | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Seretnya aliran kredit perbankan nasional masih menjadi penyebab utama lambatnya pertumbuhan sektor riil. Perbankan mengaku sulit meningkatkan kucuran kredit.
Ketua Perhimpunan Bank-Bank Umum Nasional (Perbanas) Sigit Pramono mengatakan, saat ini masyarakat masih menganggap suku bunga kredit perbankan tinggi. "Padahal, suku bunga kredit sekarang ini adalah yang paling rendah," kata Sigit kepada KONTAN akhir pekan lalu.
Berdasarkan catatan Bank Indonesia (BI) dalam Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) Jumat (3/9) lalu, perbankan asing dan campuran merupakan bank yang paling gencar menurunkan suku bunga kredit. Per Juli 2010, keduanya menurunkan bunga kredit rata-rata 14 basis poin (bsp) alias 0,14%. Sementara bank pemerintah hanya turun 0,02% dan swasta turun 0,06%.
Bank asing dan bank campuran juga mengenakan bunga modal kerja paling rendah, yaitu 10,56%. Sedangkan bunga kredit modal kerja (KMK) bank pemerintah masih 13,36%. Sementara rata-rata suku bunga kredit investasi (KI) bank asing dan campuran sebesar 11,74%. Ini lebih tinggi 0,03% daripada bank pemerintah.
Namun, jangan lupa, rata-rata bunga deposito bank asing dan campuran juga terendah, yaitu sekitar 6,89%.
Riko Tasmaya, Deputy Country Chief Financial Officer Citibank N.A. Indonesia, mengatakan penurunan bunga kredit terkait komitmen Citibank menggerakkan sektor riil. "Penurunan bunga biasanya dilakukan per tahap sekitar 25-50 bsp setiap penurunan," ujarnya.
Secara umum, kredit perbankan per Juli 2010 tumbuh 18,8% dibandingkan periode sama 2009. Sepanjang tahun ini alias year to date, pengucuran kredit naik 10,6% .
Berdasarkan jenis penggunaan, KMK tumbuh 13,9%. Namun, pertumbuhan KMK masih kalah dengan Kredit Konsumtif sebesar 25,6%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News