kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kuartal I, BSM raih laba Rp 75,72 miliar


Selasa, 17 Mei 2016 / 17:53 WIB
Kuartal I, BSM raih laba Rp 75,72 miliar


Reporter: Arsy Ani Sucianingsih | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. PT Bank Syariah Mandiri (BSM) membukukan laba bersih sebesar Rp 75,72 miliar pada kuartal I-2016. Jumlah tersebut tumbuh 46,65% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 51,63 miliar.

Direktur Wholesale BSM Kusman Yandi mengatakan, laba tersebut ditopang dari perolehan pembiayaan yang mencapai Rp 50,77 triliun. Perolehan tersebut tumbuh 4,03% dibandingkan periode yang sama tahun 2015 senilai Rp 48,8 triliun.

Hingga akhir tahun ini, perolehan pembaiyaan ditaregtkan tumbuh 12%. “Kami tidak bisa memaksakan untuk tumbuh di atas 12% pada tahun ini. Karena fokus kami untuk menjaga kualitas ditengah kondisi ekonomi seperti saat ini,” katanya, Selasa (17/5).

BSM juga berhasil menurunkan rasio pembiayaan bermasalah alias non performing financing (NPF) dengan NPF net sebesar 4,2%. Posisi itu turun di bandingkan tahun sebelumnya di level 4,4%.

Resep untuk menurunkan NPF BSM yakni fokus untuk memasuki segmen yang bagus. Selain itu, pihaknya juga selektif mengucurkan pembiayaan pada industri yang memiliki potensi pertumbuhan. “Selektif bukan berarti kita tidak masuk ke dalam sektor tersebut. Hal ini juga berguna untuk menjaga kualitas aset pada tahun ini,” ujar Kusman.

Kusman melanjutkan, industri tersebut yakni industri tambang, minyak dan gas, tekstil. Selain itu, pihaknya baru-baru ini juga merambah pada sektor pembiayaan multifinance dengan membiayai kendaraan roda dua baik baru maupun bekas.

Di sisi lain, hingga kuartal I-2016, BSM telah membukukan aset mencapai Rp 71,55 triliun, naik 6,84% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 66,97 triliun. Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp 63,16 triliun, naik 5,71% dibandingkan posisi Maret 2015 yang sebesar Rp 59,75 trilliun.

Rasio pembiayaan terhadap pendanaan atau finance to deposit ratio (FDR) juga terkendali diangka 80,16%. “Secara industri ini rasanya menujukan likuiditas yang baik dan likuiditas ini dapat dijadikan sebagai ekspansi dan pertumbuhan likuiditas ke depan,” imbuh Kusman.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×