kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pengenalan produk lindung nilai masih belum optimal


Selasa, 20 Februari 2018 / 14:17 WIB
Pengenalan produk lindung nilai masih belum optimal
ILUSTRASI. Mata Uang Rupiah dan Dollar Amerika


Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat pemanfaatan produk lindung nilai (hedging) call spread masih belum optimal. Sebab, pemanfaatan produk ini masih menunggu penyesuaian aturan kewajiban kolateral kas.

Nanang Hendarsah, Kepala Departemen Pendalaman Pasar Keuangan BI mengatakan, jika aturan ini sudah disesuaikan, diperkirakan akan meningkatkan transaksi lindung nilai. "Karena biaya produk ini jauh lebih efisien, sementara permintaannya masih cukup besar," ujar Nanang kepada KONTAN, Senin (19/2).

Saat ini, menurut Nanang, banyak korporasi di Indonesia yang melakukan lindung nilai call spread justru kepada perbankan di luar negeri. Karena beberapa bank di luar negeri gencar menawarkan produk tersebut.

Sejauh ini, transaksi call spread sudah dilakukan oleh beberapa korporasi namun belum mencapai jumlah yang diharapkan. Meski demikian, pasar valas domestik volume nya terus meningkat.

BI mencatat, volume transaksi valas per hari dari Januari sampai Februari 2018 sudah mencapai US$ 5,9 miliar. Menurut Nanang, eksportir terutama perusahaan di bidang minyak kelapa sawit atawa crude palm oil (CPO) menjadi pemasok valas yang konsisten di pasar. Eksportir juga terlihat tetap percaya diri atas terjaganya kestabilan kurs mata uang dalam negeri.

Lancarnya pasokan valas dari para eksportir ini turut menjaga keseimbangan pasar sehingga gejolak yang dipicu oleh sentimen global seperti dalam dua pekan terakhir dapat termitigasi dengan baik.

Sebagai gambaran, saat ini, setidaknya ada enam perusahaan yang menggunakan skema local currency settlement (LCS). Enam perusahaan ini salah satunya adalah sejumlah eksportir dan importir besar.

Beberapa perusahaan ini termasuk adalah importir produk pertaninan, makanan minuman, suku cadang kendaraan bermotor. Biasanya importir harus menggunakan dollar AS untuk impor, saat ini importir ini bisa menggunakan mata uang di tiga negara.

Menurut pantauan BI, bank sudah menawarkan instrumen swap link deposit ke nasabah, hanya untuk mata uang selain rupiah sebagai sarana lindung nilai. Instrumen swap link deposit lebih dikenal dengan deposit swap. Produk ini merupakan produk investasi dalam mata uang asing yang dikaitkan dengan transaksi pasar valas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×