kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Semester 1, laba bank melesat 20% jadi Rp 65,6 T


Jumat, 18 Agustus 2017 / 18:46 WIB
Semester 1, laba bank melesat 20% jadi Rp 65,6 T


Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat sampai semester 1, laba bersih industri perbankan mencapai Rp 64,7 triliun atau naik 20,28% secara tahunan atau year on year (yoy).

Kenaikan ini utamanya didorong oleh kelompok bank umum kelompok usaha (BUKU) IV dan III. BUKU IV mencatat kenaikan laba sebesar 23,61% secara yoy dan BUKU III mencapai kenaikan laba 24,24% yoy.

Laba industri perbankan ini didorong oleh realisasi pendapatan bunga bersih sebesar Rp 175,9 triliun atau naik 5,6% yoy. Sedangkan beban operasional turun 5,6% yoy menjadi Rp 214,1 triliun.

Dari fungsi intermediasi, sampai Juni 2017 industri perbankan mencapai realisasi penyaluran kredit sebesar Rp 4491 triliun atau naik 7,75% yoy.

Kualitas kredit juga mengalami perbaikan menjadi 2,96% atau turun 8.6bps secara yoy dari periode sama sebelumnya 305%.

Bank masih mencatat rasio kecukupan modal cukup bagus sebesar 22,74% atau naik dari periode sama 2016 sebesar 22,56%.

Aslan Lubis, Analis Eksekutif Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis OJK mengakui laba bank pada semester 1 memang didorong oleh bank besar.

Laba bank besar ini salah satunya dikontribusikan oleh fee based income atau pendapatan berbasis komisi yang besar.

"Laba bank kecil mengalami penuruan disebabkan karena keuntungan mereka dari selisih bunga turun," ujar Aslan kepada KONTAN, Jumat (18/8).

Berdasarkan catatan KONTAN, Sampai sampai semester 1 2017 laba bank kecil memang kurang bagus. Hal ini ditandai dengan penurunan laba di kelompok bank BUKU II dan I masing-masing sebesar 11,17% yoy dan 11,75% yoy.

Sampai akhir tahun diproyeksi tren laba perbankan tidak akan banyak mengalami perubahan. Hal ini melihat pertumbuhan ekonomi yang dipatok tidak terlalu tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×