Reporter: Roy Franedya |
JAKARTA. Rencana PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) memperkuat holding bagi anak-anak usahanya dengan mencari mitra strategis terus berlanjut. Perkembangan terbaru, Bank BNI akan melepas 25% saham BNI Securities ke investor asal Jepang. Hitung punya hitung, penjualan saham itu akan menghasilkan dana sekitar Rp 114 miliar.
Investor itu adalah SBI Securities Co. Ltd. Ini merupakan anak usaha SBI Holding Co. Ltd., perusahaan perdagangan saham online ternama di Negeri Sakura.
Transaksi penjualan saham ini akan berlangsung saat BNI Securities menerbitkan saham baru (right issue) di kuartal II-2011. Aksi korporasi ini akan mengubah komposisi kepemilikan saham BNI Securities oleh BNI menjadi 75%. Sisanya milik SBI Securities.
Selain menambah modal, masuknya investor baru bisa meningkatkan teknologi informasi (IT) BNI Securities. Maklum, SBI Securities sudah memiliki IT yang mumpuni. "Terbukti, mereka mampu menguasai bisnis securities di tingkat ritel dan online di Jepang hanya dalam waktu 11 tahun," ujar Direktur Utama Bank BNI Gatot Murdianto Suwondo, Rabu (27/4). Ini sesuai rencana BNI Securities menjadi perusahaan dengan sistem online dan menyasar pasar ritel di Indonesia.
BNI juga masih mencari investor lain dengan skema sejenis untuk mengembangkan anak usahanya yang lain, seperti BNI Life dan BNI Syariah. Namun, Gatot memastikan, BNI akan tetap menjadi pemegang saham mayoritas di dua anak usahanya tersebut. "Kalau BNI Multifinance sedang dikaji, apakah masih in-line dengan bisnis Bank BNI atau tidak. Jika tidak, kami akan jadi pemilik minoritas saja," jelasnya.
Kredit berkualitas
Di kuartal I-2011 lalu, BNI berhasil mencatatkan kinerja yang meningkat (lihat tabel). Selain karena peningkatan penyaluran dan kualitas kredit, perolehan labanya juga didukung kenaikan pendapatan non-bunga (fee based income) yang tumbuh 8% dibanding kuartal 1-2010 menjadi Rp 1,49 triliun. Beban operasional juga menurun 7,6% menjadi Rp 1,95 triliun.
Direktur Keuangan BNI Yap Tjay Soen mengatakan, manajemen BNI akan terus menjaga kualitas kredit di tahun ini. Mereka tidak akan gencar menyalurkan kredit, meskipun nantinya terkena penalti Giro Wajib Minimum (GWM) dari Bank Indonesia. Sebab, ongkos kredit bakal lebih mahal dibandingkan penalti. "Lebih baik kredit sedikit berkualitas, daripada banyak tapi bermasalah," terang Yap. n
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News