kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,08   6,72   0.72%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

3 Faktor penyebab laba BRI Syariah merosot 97%


Selasa, 19 Agustus 2014 / 17:46 WIB
3 Faktor penyebab laba BRI Syariah merosot 97%


Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Kinerja Bank BRI Syariah rupanya tak sejalan dengan perusahaan induk. Jika Bank Rakyat Indonesia (BRI) mencetak pertumbuhan laba ciamik di semeter I-2014, BRI syariah mencatat penurunan laba drastis untuk periode yang sama. 

BRI Syariah hanya mencatat laba Rp 2,38 miliar di semester I, anjlok 97,73% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 104,9 miliar. Manajemen menilai, ada tiga faktor penyebabnya. 

Pertama, karena mayoritas portofolio pembiayaan ada di murabahah," kata Lukita T Prakasa, Sekretaris Perusahaan BRI Syariah, Senin (18/8). Lewat pembiayaan murabahah, margin pembiayaan dengan nasabah sudah disepakati sejak awal sampai tenor berakhir. Sehingga, ketika margin deposito syariah naik, bank tidak bisa serta merta menaikkan margin pembiayaan untuk mengimbangi kenaikan biaya dana. Akibatnya, margin bank tergerus dan berujung pada penurunan laba.

Penyebab kedua, menurut Lukita, penerapan kebijakan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN). "Ketiga, peningkatan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP),” tambah dia.

Ketiga faktor tersebut yang kian menggerus perolehan laba meski pembiayaan bertumbuh. Hingga per Juni 2014, pembiayaan yang disalurkan BRI Syariah sudah mencapai Rp 3,96 triliun. Jumlah ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 10,92% year on year, mengingat pembiayaan per Juni 2013 mencapai Rp 3,57 triliun.

Di sisi lain, dana pihak ketiga (DPK) BRI Syariah mengalami pertumbuhan hanya 3,19% year on year menjadi Rp 12,29 triliun dari Rp 11,91 triliun di bulan Juni 2013.

“Tapi tabungan kita tumbuh cukup banyak karena masyarakat semakin antusias menempatkan dananya di BRI Syariah,” pungkas Lukita.

Total aset BRI Syariah meningkat dari Rp 16,41 triliun menjadi Rp 18,31 triliun atau tumbuh 11,57% year on year. Sedangkan rasio kecukupan modal minimum atau CAR terjaga di level 13,99%. 

Adapun rasio pembiayaan bermasalah atau non performing finance (NPF) gross di level 4,38% dan NPF net di level 3,61%. Tingkat return of asset (ROA) di level 0,03% dan return of equity (ROE) di level 0,24%. Terakhir, financing to deposit ratio (FDR) mencapai 95,14%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×